Filosofi Kadaluarsa
Dia bilang kalo perceraiannya itu karena hubungan mereka sudah kadaluarsa. Katanya semua itu ada kadaluarsanya, termasuk cinta. Katanya semua hal-hal besar yang terjadi dalam hidup (kelahiran, kematian, perjumpaan, perpisahan) punya benang merah yaitu perubahan. Katanya yang pasti hanya perubahan, yang lainnya gak ada yang permanen, termasuk hubungan cinta yang juga punya kadaluarsa. Katanya kita ini membekali diri dengan ilusi keabadian, ilusi yang berabad-abad kita pelihara sehingga terasa sebagai kebenaran, sehingga kita bahkan melibatkan Tuhan di dalamnya demi sakralitas. Katanya lagi bisa gak kita bayangkan apa jadinya kalo konsep ‘sehidup semati’ diletakkan di atas hukum perubahan? Di beberapa kasus dimana pernikahan cuma jadi ajang penganiyaan, larangan untuk berpisah karena janji sehidup semati tak lain tak bukan menjadi hukuman mati bagi pihak yang teraniaya.
Biasanya gua kalo ngebaca tulisannya, gua akan membacanya sambil manggut-manggut setuju dan kagum. Tapi kali ini gak begitu. Gua ngebacanya dengan dahi berkerut. Gua ngebaca gak sekali tapi tiga kali. Dan gua sangat gak setuju.
Kita menikah di hadapan Tuhan. Kita berjanji untuk sehidup semati di hadapan Tuhan. Kata-katanya yang bilang: ‘kita bahkan melibatkan Tuhan di dalamnya demi sakralitas’ kok jadi sepertinya mengecilkan arti kata ‘sakralitas’ itu sendiri ya? Justru karena sakral itu lah maka janji yang kita ucapkan di hadapan Tuhan itu harusnya melebihi janji-janji yang lain. Dalam artian kalo janji itu adalah sesuatu yang harus ditepati, apalagi kalo janji itu sakral, ya udah pasti harus ditepati banget!
Tapi dengan adanya konsep bahwa hidup ini adalah perubahan, yang berarti semua ada kadaluarsanya, termasuk hubungan percintaan, dan di saat cinta itu sudah kadaluarsa, pada saat itu lah janji yang sakral itu langsung dibenarkan untuk dilanggar. Segampang itukah? Kalau dengan alasan sesederhana itu sudah membenarkan untuk melanggar janji yang sakral, coba balik ditanya: jadi buat apa janji itu dulu dibuat? Toh semua orang tau kan kalo dalam hidup ini perubahan itu selalu ada? Kalo ada yang ngaku gak pernah tau apa yang namanya perubahan, jangan bilang kalo orang itu hidup. Semua orang hidup pasti merasakan yang namanya perubahan. Begitu juga saat dia dulu menikah, gua yakin dia tau bahwa perubahan itu ada. Kalo begitu, kenapa dulu dia berjanji? Berjanji untuk sehidup semati? Apa itu hanya janji-janji palsu belaka? Munafik dong namanya ya?
Sedemikian gampangkah orang berjanji di hadapan Tuhan? Cuma sekedar ngomong doang? Tanpa dipikirkan konsekuensinya untuk memegang janji itu? Trus apa kekuatan dari janji itu? Apakah berarti orang itu plin plan atau emang orang yang gak bisa dipercaya? Wah bahaya ya kalo semua orang seperti itu. Orang dengan mudah bisa berselingkuh dan dibenarkan. Cuma tinggal bilang, yah cintaku sudah berubah, cintaku ke kamu udah kadaluarsa, dan kamu harus menerima itu karena hidup ini adalah perubahan. Whaaatttt?? Kalo gitu gak perlu lagi ada pernikahan. Mau tinggal bareng ya kumpul kebo aja. Sewaktu-waktu bosen, ganti pasangan.
Gua gak nyangka kalo ucapan itu bisa keluar dari seseorang yang jalan pikirannya selama ini gua kagumi.
Trus dia menambahkan tentang penganiyaan. Kalau emang janji sehidup semati harus dipegang teguh, gimana dengan pernikahan yang udah menjadi ajang penganiyaan? Jelas ini konteks yang berbeda. Dia mau mencari pembenaran atas alasannya yang gak masuk akal dengan contoh yang tidak relevan. Kalo udah ngomong penganiyaan jelas udah berbeda, karena udah menyangkut kehidupan dan kematian. Ini urusan lain. Kalo udah menyangkut nyawa ya tentu beda prioritas. Bukan hanya perlu becerai, tapi yang menganiaya itu harus dilaporkan ke polisi dan harus dipenjara!!! Jadi jelas dalam hal ini perpisahan harus terjadi karena udah melanggar hukum. Yah kecuali kalo hukum tak lagi ada kekuatannya karena sudah kadaluarsa… 😛
Trus dia ngomong lagi soal anak. Dia bilang kalo orang gak akan bisa membahagiakan orang lain kalo dirinya sendiri tidak bahagia. Dia bilang kalo dia menikah bukan karena anaknya, dan kalaupun dia bertahan menikah, seharusnya juga bukan karena anaknya.
Entah gua udah terlanjur gak suka atau gimana, tapi kok gua nangkepnya dia egois sekali ya? Jadi harus dia bahagia dulu tanpa mikirin anaknya bahagia atau tidak? Apa dia yakin kalo dia bahagia pasti anak nya bahagia? Gimana kalo ternyata anaknya bahagia di saat dia tidak bahagia? Apa dia yakin kalo hal itu gak mungkin terjadi? Kalo emang itu yang terjadi gimana? Anak itu juga individu lho, yang punya perasaan sendiri. Anak tidak selalu merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan orang tua nya. Jadi, sebagai orang tua, bila disuruh memilih lebih baik dia bahagia tapi anak gak bahagia atau lebih baik anak yang bahagia walaupun dia gak bahagia, dia milih yang mana? Kalo dibaca dari tulisannya sih keliatannya dia akan memilih dia yang bahagia terlebih dulu! Duh… kenapa kok dia jadi begini?
Trus seperti tentang penganiyaan dalam pernikahan tadi, dia kembali mengambil analogi lain untuk pembenarannya. Analoginya sekali lagi berhubungan dengan kondisi antara hidup dan mati yang mana menurut gua tentu saat itu prioritasnya (pada detik itu) udah berbeda (walaupun sebenernya prioritas dalam jangka panjangnya tetap sama). Dia ngambil analogi di saat pesawat dalam keadaan darurat, orang tua disuruh pake masker oksigen dulu sebelum makein anaknya! Wow… hebat sekali analoginya. Mungkin dia berharap orang akan terkagum-kagum pas ngebacanya ya!
Ya ampun… itu kan perbandingannya gak apple to apple toh ya! Kalo di saat pesawat lagi darurat, tentu orang tua harus pake masker dulu karena orang tua yang lebih bisa menyelamatkan anaknya dari bencana, bukan anak yang bisa menyelamatkan orang tuanya dong! Kalo katakanlah dalam waktu satu detik tau-tau kadar oksigen langsung drop sampe bahkan setelah si orang tua pake masker, dia gak sempet lagi makein masker ke anaknya, sehingga anaknya pingsan, si orang tua masih bisa mengusahakan ngasih napas buatan, atau kalo pesawat udah jatuh ke laut bisa ngebawa anaknya berenang ke kapal terdekat, atau apapun usaha lainnya untuk tetap menyelamatkan anaknya.
Bayangkan kalo kebalikannya. Si anak dipakein masker duluan dan begitu si anak udah pake masker… tau-tau kadar oksigennya drop dan orang tua nya pingsan. Si anak bisa apa? Ini ceritanya anak nya masih kecil lho, kalo anaknya udah gede mah dia bisa pake masker sendiri kan. Si anak kecil ini apa bisa menyelamatkan orang tua nya? Bahkan untuk menyelamatkan dirinya sendiri pun diragukan kemampuannya. Orang lain udah ribet ama dirinya/anaknya sendiri-sendiri. Akhirnya si anak kecil gak ada yang nolong, akhirnya?? Ya lanjutin sendiri lah…
Sekali lagi analogi yang dipake sangat-sangat gak tepat dan gak bijaksana. Kayaknya tulisannya ditulis tanpa pikir panjang.
Dia begitu terlenanya dengan kata ‘perubahan’ dan menjadikan magic word itu jadi benteng dengan bersembunyi di belakangnya, sampe dia lupa kalo ada kata lain yang penting dan bahkan sangat penting untuk selalu diingat.
Tanggung jawab.
Yah, dalam pernikahan dan punya anak itu kita jadi punya tanggung jawab. Dalam pernikahan, kita punya tanggung jawab terhadap pasangan. Dan dalam hal punya anak, jelas kita punya tanggung jawab terhadap si anak. Kebahagiaan mereka adalah tanggung jawab kita. Kebahagiaan mereka adalah prioritas, karena kebahagiaan mereka menjadi kebahagiaan kita juga. Tanggung jawab ini yang menjadi senjata kita dalam menghadapi perubahan, supaya kita gak kalah sama perubahan. Orang berubah, sifat berubah, tapi dengan adanya tanggung jawab, kita jadi berusaha.
Contoh sederhananya nih, karena tanggung jawab, sang suami harus bekerja biar bisa membiayai kehidupan istri dan anak. Karena tanggung jawab, sang istri mengelola rumah tangga dengan baik supaya tidak lebih besar pasak daripada tiang. Karena tanggung jawab, si anak belajar dengan baik di sekolah supaya bisa naik kelas. Begitu banyak contoh-contoh yang lain sesuai kehidupan masing-masing.
Coba bayangkan kalo tanggung jawab itu tidak perlu ada dan kita mengikuti arus perubahan begitu saja. Sang suami karena merasa cape (tadinya gak cape tapi setelah abis kerja berubah jadi berasa cape) jadi gak mau kerja lagi, biarin aja istri anak nya gak bisa makan. Gak peduli, yang penting dia bahagia dulu. Kalo dia kerja, dia gak bahagia, nanti gimana dia bisa ngebahagiain istri dan anaknya? Sang istri karena rasa pengen (kemaren belum liat toko emas jadi belum pengen, sekarang berubah karena udah liat jadi pengen) jadi beli berlian seharga 100 juta walaupun gaji suaminya cuma 10 juta, dia mikir biarin aja ntar yang ditagih ama debt collector kan suaminya ini, mau masuk penjara ya biarin lah. Yang penting kan dia bahagia karena punya berlian gede, mau suaminya gak bahagia karena masuk penjara ya gak penting lah. Si orang tua karena ngeliat anaknya nakal dan malas belajar jadi berubah juga, merasa cintanya ke si anak udah kadaluarsa, jadi memutuskan untuk gak mau ngakuin anaknya lagi. Anaknya disuruh keluar dari rumah, mau jadi gelandangan kek ya terserah dia. Dan begitu banyak contoh lain yang bisa ditulis disini apabila kita takluk ama perubahan tanpa perlu memikirkan tanggung jawab.
Serem kan?
Balik lagi ke awalnya, menikah itu bukan keputusan sembarangan. Harus yakin 1000% dulu baru memutuskan untuk menikah. Demikian juga dalam hal punya anak. Harus dipikirin dulu bahwa semua itu ada konsekuensinya. Ada tanggung jawabnya. Kalo semua itu udah dipikirin terlebih dahulu, mudah-mudahan tidak ada yang namanya perceraian.
Well, gua gak tau apa sebenernya yang terjadi di balik perceraian dia. Gua gak sekepo itu juga untuk mau tau. Tapi mudah-mudahan tidak sesederhana hanya karena adanya perubahan seperti yang dia bilang. Karena kalo emang cuma karena itu, gua sedih juga melihat dia emang bener-bener udah berubah sekarang. Mungkin emang kebijaksanaannya udah kadaluarsa…
banyak orang sibuk dengan urusan orang lain…
setiap manusia terus berjalan menuju kesempurnaan. tentang alur kehidupan seseorang tersebut … itu kan bukan ending dari kehidupannya. dia pun terus berjalan. jadi titik yang dicapainya tidak akan stagnan selagi tetep bergerak.
menurutku, bagi setiap orang tak ada keputusan yang salah …apapun itu…asal siap dengan segala konsekuensi yang harus diterima dalam kehidupannya. makanya sebelum bertindak harus berpikir matang dulu tentang konsekuensi dari tiap pilihan dan berusahalah agar pilihan yang diambil adalah yang paling kecil mudharatnya. hanya yang bersangkutan lah yang paling tahu. komentator kan sekedar meraba2 keadaan orang lain.
betul sekali bahwa hanya ybs yang paling tau…. dan bukan karena dia bercerai makanya jadi dibahas disini. kalo tiap kali ada artis yang cerai kudu dibahas, wah blog ini isinya tentang artis semua. ngapain juga toh… 😛 jadi promosi gratisan buat para artis dong.. hehe.
yang jadi pembahasan disini adalah alasan kadaluarsanya itu lho. udah jadi konsekuensi sebagai seorang public figure kalo kehidupannya jadi sorotan. oleh karena itu, ada public figure yang dikagumi, dan ada yang dihujat. semua itu berasal dari tindakan dan tutur katanya.
kalo emang alasan cerainya itu pribadi sifatnya (dan emang harusnya begitu) ya cukup bilang kalo itu urusan personal kan, gak akan dibeberkan ke publik. titik. dengan begitu udah gak ada perpanjangan masalah.
tapi dengan sok berfilsafatnya tentang kadaluarsa itu yang jadi ganjalan… alasannya apa? ya baca sendiri lagi lah di atas… 😛
haha iya betul juga… 🙂
salam kenal juga..
salam kenal yach..iya gue setuju pisan ama eloe,Man..aniweh kalo penikahan emang ada kadaluarsa nya, sebaiknya ditulis di akte kawinnya juga donk ya, kayak sim, masa berlaku sampai…. ;P
emang itu idup idup dia, terserah dia sih apa pun penyebab perceraiannya. cuma dari cara pemaparannya seolah2 mau membenarkan dan menggampangkan dengan istilah kadaluarsa dan perubahan itu yang gua gak setuju.
well, ya tiap orang punya pendapat sendiri2 toh. 😀
yg gue denger sih emang ceritanya rada aneh buat kita2 yg biasa pake logika dlm hidup man =) … and bukan salah elu jg kalo lu berubah penilaiannya thd dia. emang uda lama mrk merasa gak cocok, (as i said, effort buat menciptakan hubungan yg bahagia kan mesti dari dua belah pihak, kalo cuma satu pihak ya tetep aja gak berhasil, apalagi kalo dua2nya merasa gak comfy), trus pisah/separate. mrk sepakat cerai resmi kalau masing2 sudah punya pasangan tetap. dan itulah yg benar2 terjadi skrg ini …
hehe wis baca juga ya ry… 😀
duh ancen mbingungi kok orang2 itu… agak2 shock sih gua bacanya.. rasanya emang jadi gak respect deh…
yah begitulah may…:D
well.. gua baru baca di blog nya si artis lagi. ternyata oh ternyata… dia udah punya pacar dan si ex suami juga! yah katanya sih mereka punya pacarnya itu setelah mereka bersepakat pisah, jadi balik lagi pisahnya bukan karena orang ketiga.
pas banget ya. begitu pisah, langsung dapet pacar. yah namanya juga artis ya…
cuma gua gak nyangka kalo artis yang ini ternyata setali tiga uang ama artis2 yang lainnya. padahal tadinya gua respect ama dia dan pemikiran2nya. yah sekarang gak lagi… 😀
ya ambon man, panjang kali tulisanmu????? tp pelan2 gue coba cerna dng otak kecilku ini … hmm gue rasa gue tau orangnya, adik temen gue sahabat eks suaminya. emang disayangkan kalo dia nulis untuk cari pembenaran akan perceraiannya di blog .. which is, banyak orang yg pastinya enggak sepaham dng dia … soal bercerai, gue rasa it’s OK, kadang ada satu tahap dlm hidup yg emang kita gak bakal bisa ngertiin kalo kita gak pernah ngalamin langsung =) … tp gue gak setuju kalo ada yg ngomong, wkt kawin cinta, setelah sekian taun gak cinta lagi terus cerai .. ya itulah akiibat dari membiarkan cinta mrk kadaluarsa … hahahaha … enggak dibina, enggak dipupuk, ya mati. or yg satu memberi pupuk, yg satu ngasih racun, ya kan gak matching .. yg tadinya merasa soul mate, tiba2 berubah 180 derajat? ya itulah yg namanya evolusi, perubahan, hidup dan hidup emang gak bisa melulu lancar lempeng spt yg kita rencanakan disaat said I do. gak semua orang berkarakter sama dan itulah yg menyebabkan si A kawin terus damai2 aja, si B kawin terus cerai.
oh soal membahagiakan diri sendiri, gue rasa emang itu penting bgt. krn dari jiwa orang yg bahagialah akan keluar pemikiran2 dan keputusan2 yg positif … kalau gue disuruh milih antara membahagiakan anak dulu atau gue dulu, mungkin gue akan bilang ya gue dulu yg bahagia, baru kemudian bisa diambil solusi gimana caranya membuat anak2 dan orang2 di sekitar gue happy. jd dipilih win-win solution, gue jg gak sepenuhnya mementingkan kebagiaan gue, tp jg gak ngorbanin kebahagiaan anak2 … diambil jalan tengah yg paling baik buat kita semua. ah well .. just a thought.
fenny: mungkin ya… 😀
afwan: iya.. tergantung usahanya ya.. 🙂
kadaluarsa…..
cinta bukan barang, cinta bisa bertahan jika di remake lagi…..
hehehe 😀
*panjang amat*
*fasriding*
cinta kadaluwarsa? kayaknya hatinya yg kadaluwarsa duluan wekeke
wahahaha… gosip nehhh… 😀
waduh..kalo kayak susu, 3 bulan aja udha kadaluwarsa, matek donk hehhee
yg jelas, minggu lalu ada yg liat dia gandengan ama cowok laen di singapore. eh tapi ktnya cuma teman sih
udah gua email yun. 😀
“tapi kalo dikasih tau namanya gua rasa lu tau orangnya deh.
jadi arman mo kasih tau gue gak ya namanya? *ngarep.com* hahaha
iya ya mo…
*manggut2 dengerin elmo ngomong*
Huaaaah!! q juga paling nggak setuju sama yang namanya perceraian! *emosi 😀
apalagi bilang cinta tu bisa kadaluarsa..wah kalo gitu mah perlu diselidiki tu cintanya..mungkin ada udang dibalik batu tu cintanya 😀
tulus mencintai nggak mungkin banget deh bisa kadaluarsa..
iya lys, setuju banget ama lu.
itu yang gua sayangkan, kalo emang alesannya gak boleh diketahui publik karena itu terlalu personal bilang aja alasannya privat. gak perlu mengada2 panjang lebar malah yang baca bikin sebel dengernya kan…
pernah baca soal yang bilang hubungan cinta itu ada masa kadaluwarsanya, emangnya barang ? manusia memang pandai bersilat lidah ya, mending diem saja, pakai alasan privatlah, nggak perlu mengurai-urai yang membuat orang lain malah tambah nggak bersimpati
yulian: iya aneh ya…
mama felice: iya setuju banget!! 🙂
menurut gua cinta itu ibarat tanaman. kalo gak pernah di siram, di pupuk, disiangi dari parasit di sekitarnya, apa gak mati tuh taneman?
so, cinta juga perlu disiram, dipupuk, dan disiangi supaya tetep sehat, segar, berbunga, dan berbuah baik.
setuju, sodara-sodara???
Setuju sama pemikiran yg elo tulis, Man.
Dan tidak setuju sama apa ya ‘dia’ tulis tentang perubahan, kadaluarsa, anak & bahagia. Pantess aja kalo elo jadi pengen menyanggah dan membahas apa yang dia tulis. pfiuhh…aneh ya ternyata si dia.
iya… padahal buat apa dia nyari pembenaran ya… toh itu terserah dia mau cerai atau gak. gua menyayangkan aja kenapa dia harus menulis gitu (tentang konsep perubahan dan kadaluarsa).
wuih man, cape jg bacanya. hehehe
tp kalo mang cinta, mestinya ga ada kata kadaluarsa ya, emang kalo orang cari pembenaran diri, apa aja bisa jadi alasan..
hahaha ya yang pasti bukan cinta kadaluarsa ya… 😀
aduh, gak bs comment deh. Secara gw lg ada dlm situasi kek gitu (bukan cinta kadaluarsanya tp loh ya)
haha lu udah kelamaan gak di indo kali ya yun, jadi gak tau… 😀
tapi kalo dikasih tau namanya gua rasa lu tau orangnya deh.
gubraks, berat banget storynya…. gue juga baru baca setengah udah langsung baca comment aja hahaha…
*gue masih ga ngerti siapa itu penulis novel*
😀
*ngangguk ngangguk setuju ama Arman*
zen: huahahaha emangnya lu masih masuk kategori ABG ya lim? 😛
sofie: setuju ama lu dan ustazah lu… ayo posting aja. materi ini kan bukan copy right. siapa aja boleh aja nulis materi yang sama. 🙂
ari: iya bingung ya…
pitshu: 😛
bowbee: siapa hayooo…
naki: yah boleh aja emang mau dilogikakan tapi terasa kurang panjang pemikirannya jadinya akhirnya gak masuk logika juga.
anung: iya nung… 😀
fifi: hahaha
Tulisan lu yang satu ini berat banget Man. Mana panjang pulak
Apa karena lu lagi kangen ama Esther & Andrew yah jadi kepengen mikir yang dalem-dalem. ;p
Ketika janji sehidup semati hanya sekadar kata kata belaka.. 🙂
gw pas ngebuka blOg dia beberapa waktu yang lalu semPet binun2 juga
mungkin dia lebih mengutamakan lOgika daripada yang lainnya yaa ..
nda tau juga sihhh … abis masi blum merit ^0^
Pertanyaan aku cuman 1…
Siapakah ‘dia’?
mo nambahin lagi boleh ga ya om?
hihihih…….ntar cross posting kayak gini juga deh, kalo boleh [ijin dulu niy] materinya sama, tapi tujuannya agak2 beda dikit, heheh
tadi tuh baru ikut pengajian tiap selasa di mesjid kantor sini
eh, pas banget ustazahnya ngomongin hal yg arman posting ini
bahwa, memang satu saat cinta akan meredup, biasanya diantara pasangan2 yg usianya antara 40an-50an, utk itu diusahakan ada tindakan2 utk terus memupuk rasa sayang, kasih, perhatian, saling memahami dan pengertian
gitu deh kira2 intinya om…..hehhehehe
huahhh… saya belom sampe level mao menikah nich 😀
itu lah gua juga heran… kenapa kok ada ya.. orang yang dulunya married baik2.. kayanya pasangan sehidup semati, tapi ternyata bilangnya pisah, cere karena udah gak cocok… lah kenapa dulu married ya?
yang gua heran… mereka kan udah punya anak.. apa gak mikirin anaknya..? apa udah gak ada lagi yang bisa nyatuin mereka? yang heran tuh mereka bilangnya kan, mereka lebih cocok sebagai sahabat saja.. lah kok aneh… setelah beberapa taun married.. ?
mungkin semakin banyak hal yang bersliweran dipikirannya dia, sampe dia pake istilah ‘kadaluarsa’ untuk cintanya dia yah.. hehehe.. agak aneh juga sih jadinya…
btw, gua juga suka sih baca bukunya.. 🙂
iyah om….aku juga jadi bingung baca line pertama
kok isa ya CINTA jadi KADALUARSA
emang cintanya ga dipupuk ya?
emang cintanya ga dipelihara ya?
taneman aja kalo diajak ngobrol, sering disiram, dikasi vitamin
jadi SEGER TERUS-TERUSAN…..tanya deh Tante Viol
semoga deh pasangan yg beralesan begitu, segera diberi pencerahan oleh TUHAN…..aminnnnn
^^tua bener hari ini ahhh……….sopiiiiiiiiiiiiiiii
duh postingan berat….
komen yang laen bole gak??
[[[–> Arman Says:
08/04: Ada apa ya antara anak-anak ABG ama Miley Cyrus ama Jonas Brothers… Heran dah kok segitunya! Biasa aja deh… *sirik* (akibat nonton Teen Choice Awards 2008) <–]]]
I LOVE MILEY CYRUS!! 😀 Definitely my type… 😀 kyaaaa…….
*makanya jgn heran kalo sampe segitunya* =p
viol: iya gua baru baca tadi. hehe. emang sih dia manusia biasa, cuma biasanya gua kagum ama tulisan2nya. selalu bisa membuka wawasan pikiran gua gitu lho. tapi kali ini kok dia nulisnay begini… jadi kurang simpatik.
balik lagi tentang perceraian dia sendiri sih ya itu urusan dia ya, yang tau alesannya juga dia. cuma konsep2 yang dia paparkan itu lho yang ngeganjel rasanya…
peggy: disini udah malem sih peg… haha
doh.. berat.. berat..
baca dikit, lgs scroll down liat comment2 aja deh..
ahaha…
pagi2 cari penyegaran blog walking, eh, jadi pusing baca yg atu ini..:D
ntar aja klo lagi nganggur, balik lagi.. 😛
hehe..lu baru baca ya man. gua sih udah baca dari kapan2.
emang kaget banget waktu tau dia bakal cerai, gua juga pake acara nebak2 lagi kenapa dia cerai.
menurut gua mungkin karna dia udah sibuk dengan acara spiritualnya jadi udah gak klop lagi ama suaminya.
emang jalan pikiran orang beda2 ya, tapi karna dai adalah public figure dan tulisannya selalu membuat kita kagum, kita jadi berharap terlalu banyak ke dia.
padahal dia juga adalah manusia biasa, cintanya adalah cinta seorang manusia biasa. sama seperti kita.
dan sekarang dia lagi dalam masalah, mungkin pikirannya gak sejernih seharusnya.
gua juga gak setuju dengan pembenaran yang dia utarakan, tapi gak menentang juga, after all itu semua pikiran dia dan hidupnya, semoga dia berhasil menemukan apa yang selama ini dia cari 🙂
hehe yah moga2 gua gak dianggep kepo dah. gua cuma ngutarain pendapat. 😀 well dia gak bakal baca blog gua juga anyway sih. gua gak nyangka aja kalo seorang ‘dia’ punay pendapat kayak begini…
yup setuju man…. boleh2 aja punya alasan laen di balik sikap dia, tapi demi untuk mencari pembenaran trus pake alasan kadaluarsa… miris banget… klo ada yg ngak setuju trus nulis kae lu.. rasanya siy ngak kepo ya… itu udah resiko dia nulis pemikiran dia di media… jadi ya kudu terima jugalah klo ada pro dan kontra…
hahaha
Artikel yang sangat berat. Baca separoh, batere gw drop :p
gua juga pas mau nulis sempet mikir, ngapain gua ribut ya toh itu urusan mereka sendiri kan. mau keputusannya apa ya gua gak peduli.
tapi yang mengusik gua tuh adalah alasan yang dia paparkan itu lho. kalo emang ada sesuatu di balik itu yang dia gak mau diketahui orang ya tinggal bilang: alasannya pribadi sekali, tidak perlu dibicarakan secara publik.
tapi instead of ngomong gitu dia malah memaparkan konsep perubahan dan kadaluarsanya yang seolah2 bahwa dalih perubahan dan kadaluarsa itu sudah selayaknya dan sewajarnya diterima sebagai dasar perceraian. ini yang gua gak setuju… 🙂
dan menurut gua dari paparan dia yang panjang tentang perubahan2 itu, dia lupa ama yang namanya ‘tanggung jawab’. itu yang dia lupa pikirkan waktu nulis konsep2nya dia itu. ya at least menurut gua lho ya… 🙂
Man, gw setuju kalo hidup itu emang berubah, karena emang segala sesuatu yang berkondisi itu pasti tidak kekal.
Tapi kita sebagai manusia kan punya hati nurani, akal budi, kita kan bisa mengupayakan agar perubahan itu menuju ke arah yang lebih baik dan bermanfaat buat diri kita dan orang lain.
Pas dengar dia cerai, gw juga ikut kecewa hehehe kaya kenal aja, tapi setelah gw baca blognya, mungkin itu dia&suami itu jalan yang terbaik (karena kita tidak tau sesungguhnya yang terjadi dalam rumah tangga mereka).
Yang jelas hikmah buat gw sebagai orang yang sudah berkeluarga, kalau kita sudah memutuskan untuk menikah, dan kita tau bahwa hidup ini berubah(kondisi susah-senang, bahagia-sedih , tawa-tangis dalam berumah tangga itu pasti ada) dimana perubahan itu mengajarkan kita untuk mendewasakan/menguatkan batin dan mental kita untuk menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, bijak dan bisa membahagiakan diri kita, pasangan kita, keluarga dan semua mahluk. Bukan malah pasrah pada perubahan (mao hancur, mao baik, terserah), ini yang tidak bertanggung jawab ama hidup menurut gw. Sorry postingnya kebanyakan hehehehe
leony: haha… yah mungkin ada alesan lain di balik itu, gua gak tau juga. sebenernya bukan urusan gua juga sih ya. tapi cara dia memaparkan alasannya itu lho yang rasanya gak bisa diterima. sepertinya membenarkan (secara umum) bahwa orang boleh saja bercerai karena perubahan/kadaluarsa itu…..
Aduh, gue nulis aja ngaco..maksudnya “kebahagiaan”nya…. (maklum, baru nyampe kantorrrr… ngetik juga masih miring2 hahah)
yenny: yup setuju banget!
feli: iya betul… gua setuju ama elu. ya kita harus mengusahakan dong. bukan cuma nyerah terhadap perubahan. perubahan kan pasti ada aja terus…
Hehehe…. orang ini emang suka gak jelas. Pertama, udah pindah2 agama dengan alasan filosofis yang kagak jelas…. kedua, kisah2 idupnya sendiri yang dia coba rangkai dalam pendekatannya sendiri (bener yang elu bilang, pendekatan egois)… Urusannya dia jg sih, kita cuma penonton… ya kita liat aja deh, apakah dia bisa menemukan “kebagaiaan”nya.
Ini perceraian ttg penulis novel itu ya man? gw juga baca blognya tuh…emang dia nulisnya intinya ke perubahan itu.
Kalo memang api cinta udah mulai redup, ya gimana cara kita untuk menyalakannya kembali kan? bisa dengan 2nd honeymoon ato bisa mengenang masa2 pacaran yang membuat hati kita jadi cinta lagi pada pasangan, bukan cuman karena alasan kadaluarsa tapi dah mentok disitu, karena merit kan udah lingkupnya luas ga terbatas diri sendiri aja.
Dengan merit pun orang udah berubah, yang tadinya tidur sendiri sekarang sharing ma pasangan. Yang tadinya waktu ‘me time’ semaunya sekarang juga mesti berbagi ma pasangan. Kalo cuman karena perubahan udah dijadikan alasan bercerai, jadi napa merit yah? bukannya dengan being single ga akan ada yang berubah dibanding merit?
Hehehe…komennya kok jadi panjang nih ^_^
Yang jelas, kalo perceraian “hanya” karena cinta yang kadaluarsa ya jelas gak bener lah…. enak bener kalo merit terus udahan hanya karena alasan itu serasa lagi main rumah-rumahan.