Nasionalisme Vs. Tinggal Di Luar Negeri
Warning: Posting ini sangat sangat panjang. Gua persembahkan buat bangsa Indonesia yang sedang long weekend, terutama buat yang gak punya acara apa-apa, atau gak tau mau ngapain, atau bengong-bengong di rumah aja. Nah daripada bengong, ini gua kasih bacaan dah… Lumayan kan buat dibaca selama 3 hari… Hahaha. 😛
Kemaren ini gua ngebaca ebook yang berjudul NASIONAL.IS.ME. Intinya bagus sih buku ini. Mengajak orang untuk lebih optimis terhadap Indonesia, lebih mencintai Indonesia, dan pada akhirnya bersama-sama berusaha untuk mengubah Indonesia menjadi yang lebih baik. Semangat penulisnya emang cukup besar. Sangat berapi-api dan tentu saja sangat optimis. Langkah konkritnya pun ada. Si penulis nya ini adalah salah satu penggagas #IndonesiaUnite, dia juga aktif mengajak para pemuda Indonesia untuk lebih optimis melalui lagu-lagunya yang salah satunya berjudul Kami Tidak Takut, dan bahkan dia juga membentuk yayasan C3 (Community For Children With Cancer). Salut! Punya pemuda (dan beneran masih muda) seperti ini tentunya menjadi kebanggaan buat Indonesia.
Tapi ada sedikit ganjelan pas gua ngebaca ebook ini. Entah gua yang sensy atau salah nangkep, tapi ada kesan yang timbul bahwa nasionalisme itu hanya dimiliki oleh orang-orang Indonesia yang tinggal di Indonesia.
Cerita pertama:
Adalah tentang sepasang suami istri yang sebenernya udah gak muda lagi. Udah cukup mapan di Indonesia, tapi trus dapet US greencard. Mereka akhirnya perlu pinjem uang karena perlu 100 juta sebagai deposit dan 50 juta untuk mengurus birokrasi supaya mereka bisa pindah ke Amerika (yang mana gua terheran-heran, karena pengalaman gua sendiri biaya untuk mendapatkan greencard itu cuma ratusan dollar kok, gua lupa persisnya, tapi yang pasti gak nyampe $1,000. Jadi gak mungkin kalo dirupiahkan jadi 50 juta kan?).
Nah menanggapi cerita ini (yang mana suami istri itu adalah teman penulis), penulis bilang:”Padahal, dengan uang sejumlah Rp 150.000.000,- mereka pun bisa mengubah nasib dengan tetap tinggal di Indonesia. They could. Cuma masalah cara aja”. Disini gua nangkepnya adalah: ngapain sih kudu pindah ke Amerika segala? Kalo bisa ya harusnya tinggal di Indo aja lah dan uang segitu dipakai untuk membangun bangsa…
Istri si penulis sendiri bilang, yah bagaimanapun juga, orang susah di Indonesia beda dengan orang susah di Amerika. Sekolah lebih banyak yang gratis. Yang di-counter lagi oleh si penulis. Katanya itu cuma masalah skala. Di Jakarta juga banyak sekolah gratis, cuma aja sekolah gratis di Jakarta bukan sekolah unggulan. Sama aja di Amerika gue rasa sekolah gratis ya sekolahnya rakyat. Kenapa kalau di Jakarta gak mau masuk sekolah rakyat tapi di Amerika mau? Hanya karena Amerika?
Cerita kedua:
Ini gua copy paste langsung dari ebook nya ya:”Di Singapore, kalau elo demonstrasi dijamin 7 turunan ga akan keterima kerja di perusahaan apapun di Singapore! Gila ga tuh? Dibunuh secara sosial istilahnya.”
Trus satu lagi, masih tentang Singapore: “Wong di Singapore ada aturan kalau elo pensiun kerja elo HARUS masuk rumah jompo. HARUS. Makanya sering kali elo liat di Singapore nenek nenek dan kakek kakek kerja jadi tukang sapu… demi tidak dijebloskan ke panti jompo. Mau lo jadi orang Singapore?”
Hmmm ngebaca cuplikan di atas, salah gak sih kalo gua jadi nangkepnya tuh: Ngapain sih pada pindah ke luar negeri? Bukannya pada tinggal di Indo aja dan membangun negeri ini?
Yang lucu, si penulis ini pernah membahas suatu topik pas lagi siaran di radio yaitu: “Orang-orang yang pernah di luar negeri cenderung skeptis sama Indonesia. Ga mau pulang. Ga suka Indonesia”.
Kok kalo berdasarkan kutipan di cerita pertama dan kedua justru gua merasa si penulis yang cenderung skeptis dengan negara lain selain Indonesia ya?
Nasionalisme, seperti yang ditulis di ebook tersebut (bersumber dari wikipedia.org), adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Menurut gua, berdasarkan definisi di atas dan juga berdasarkan yang gua yakini, nasionalisme bukan fanatisme lho. Seseorang yang nasionalis (nasionalisme itu paham, nasionalis adalah orang yang menganut paham nasionalisme) bukan berarti harus merasa bahwa negaranya adalah yang paling segala-galanya (paling benar, paling bagus), dan merasa negara lain gak bagus dan gak layak untuk ditinggali.
Menurut gua, nasionalisme itu gak dilihat dari domisili/tempat tinggal orangnya. Nasionalisme itu dari hati dan tingkah lakunya. Mau tinggal di Amerika, atau Singapore, atau di bulan pun, orang tetep bisa jadi seorang nasionalis.
Menurut gua, untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik, untuk membuat suatu gerakan yang bisa membantu Indonesia menjadi lebih baik itu gak selalu harus dilakukan di Indonesia.
Menurut gua, orang Indonesia yang sudah pindah ke negara lain tidak berarti dia itu gak nasionalis. Dan belum tentu orang Indonesia yang tinggal di Indonesia itu nasionalis.
Ini salah satu kutipan yang lain dari ebook tersebut:
“If we don’t like what we see today, we change it. We make it happen. It may not be for the benefit of our own, but by God, it will be for the benefit of our children’s children. Gak ada pendidikan gratis? Kita dong, perbanyak beasiswa. Fasilitas kesehatan masih mahal? Bikin dong, yayasan. Jangan komplen doang. What we do, will effect others“.
Gua salut sama apa yang udah dilakukan oleh si penulis. Itu udah gua tulis di atas tadi ya. Tapi ngebaca kutipan yang ini kok kesannya arogan ya?
Good for him yang udah bisa membentuk yayasan untuk anak-anak kanker dan memberikan operasi gratis. Bagus banget malah. Tapi apa iya ngasih beasiswa atau membentuk yayasan kesehatan itu segampang itu? Ngasih beasiswa atau bikin yayasan kan perlu dana, perlu sponsor. Lha gua ngasih hadiah kuis aja cuma bisa CD dan DVD doang, boro-boro ngasih beasiswa. Hehe.
Gua setuju untuk jangan komplen doang. Gua setuju untuk kita harus membuat perubahan. Tapi bagi sebagian besar orang (termasuk gua), gak semudah itu untuk langsung mendirikan yayasan untuk ngasih beasiswa karena ngeliat pendidikan Indonesia yang gak gratis, gak semudah itu buat gua nyari sponsor untuk membentuk yayasan untuk ngasih layanan kesehatan gratis buat orang-orang gak mampu.
Perubahan itu bisa dalam bentuk yang bermacam-macam. Dan salah satu perubahan yang bisa menolong Indonesia untuk menjadi lebih baik adalah dengan pindah ke negara lain. Pindah ke negara lain yang lebih maju. Tentunya bila ada kesempatan.
1. Dengan pindah ke negara lain, akan membuka lahan kerja untuk orang lain di Indonesia.
Contohnya balik seperti di cerita pertama yang gua tulis di atas itu. Tertulis di ebook itu juga, kalo suami istri itu ngotot mau pindah ke Amerika karena mereka ngeliat adiknya yang udah di sana duluan. Adiknya itu mati-matian gak mau pulang ke Indonesia. Apakah karena benci? Apakah karena adiknya gak nasionalis? Bukan! Tapi karena dengan kerja di Amerika, adiknya bisa ngumpulin uang sampe bisa ngebangun rumah di Bogor! Bogor lho… Bogor itu Indonesia kan?
Disini coba dilihat dari sisi nasionalisme nya itu. Si adik tinggal di Amerika, bekerja mati-matian, dan uangnya lari ke Indonesia. Dengan membangun rumah berarti dia menciptakan lapangan kerja buat para tukang-tukang. Dengan membangun rumah berarti dia beli tanahnya dulu yang berarti bayar pajak. Dengan membangun rumah tentunya juga akan jadi pemasukan secara reguler dari pajak Bumi dan Bangunan… Untuk siapa? Untuk negara Indonesia!
Kalo si adik itu gak tinggal di Amerika tapi pulang ke Indonesia, apa iya dia bisa ngebangun rumah di Bogor? Yah kita gak tau. Bisa iya, tapi bisa juga tidak. Tapi yang pasti, dengan dia tinggal di Amerika, dia bisa ngebangun rumah di Indonesia. Itu salah satu bentuk perubahan buat Indonesia. Perubahan ke arah yang lebih baik. Membangun ekonomi negara.
Dan itu banyak lho yang begitu. Tinggal di luar negeri, mencari uang, trus uangnya dikirim ke Indonesia. Ngebangun rumah, membiayai sekolah adik-adiknya (emang belum dalam skala memberi beasiswa untuk ribuan anak, tapi at least udah ngasih beasiswa buat keluarganya kan), atau membiayai operasi atau masalah kesehatan keluarganya. Beban negara berkurang kan?
Trus lagi dengan adanya orang-orang yang tinggal di luar negeri, ini tentunya memicu terjadinya ekspor.
Contoh simpel nya aja nih, ekspor kecap manis cap Bango, atau Indomie, atau Tolak Angin, dan produk-produk Indonesia lainnya. Kalo produk kerajinan tangan emang banyak orang asing yang suka beli.
Tapi kalo produk-produk makanan atau obat-obatan, siapa yang beli? Ya orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri itu. So far ya, gua belum pernah tau ada orang bule yang suka beli Indomie atau kecap Bango, apalagi Tolak Angin. Barang-barang itu diekspor ke negara-negara di luar Indonesia untuk dibeli oleh orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Belinya tentu dengan harga lebih mahal, karena proses ekspor ini melibatkan banyak hal. Selain produksi nya, juga distribusinya, dan pasti ada bea cukainya. Lapangan kerja lebih banyak, pemasukan negara lebih banyak juga, karena ada transaksi ekspor.
Masih belum yakin kalo banyak barang yang diekspor keluar Indonesia itu untuk dibeli oleh orang-orang Indonesia sendiri yang tinggal di negara lain? Minggu lalu gua beli materai! Mana mungkin ada orang yang bukan orang Indonesia beli materai? Lha materai itu kan gak laku di negara lain. Tapi di Amerika ada lho yang jual materai. Ya buat siapa lagi kalo bukan buat orang-orang Indonesia yang tinggal di Amerika? Yang perlu materai untuk ngirim surat misalnya.
Dan materai yang nominal nya 6000 itu dijual seharga $5! Muahalll banget ya? Iya! Buat profit tokonya, udah pasti. Tapi juga ada buat ongkos kirimnya kan? Ongkos kirim berarti pemasukan buat jasa transportasi yang ada di Indonesia. Kalo gak ada satupun orang Indonesia yang tinggal di luar Indonesia, barang-barang kayak materai, kecap Bango, Indomie, Tolak Angin, gak akan diekspor. Yang berarti perusahaan transportasi berkurang ordernya, dan berarti beberapa lowongan pekerjaan akan ditutup.
2. Dengan pindah ke negara lain, akan lebih membuka wawasan dan punya kesempatan untuk belajar dari negara lain yang lebih maju.
Dari cerita yang kedua di atas, tentang yang katanya di Singapore gak boleh demonstrasi… Sebenernya ada apa sih orang Indo sama demonstrasi ini? Kesannya kok gak bisa hidup tanpa demonstrasi gitu ya? Apakah demonstrasi itu adalah satu-satunya cara untuk menyampaikan aspirasi rakyat? Apakah demonstrasi itu adalah cara yang paling ampuh?
Kok rasanya enggak ya. Liat aja, seberapa banyak demonstrasi yang berhasil? Seberapa banyak demonstrasi yang gak ada hasilnya tapi malah bikin kacau? Malah bikin macet (macet itu membuat perekonomian jadi terhambat juga lho, karena transportasi dan jalur distribusi terhambat), malah jatuh korban jiwa, belum lagi kalo ditunggangi dengan muatan-muatan politik atau SARA.
Wah tambah kacau! Udah bukan rahasia juga kalo banyak demonstran yang sebenernya gak ngerti apa-apa. Ikut demo cuma karena dikasih uang! Atau bahkan cuma ikut-ikutan. Merusuh aja. Trus apa positifnya dari demonstrasi itu?
Coba lihat Singapore. Negara nya kecil tapi maju. Aman tentram tertib. Mereka gak pernah demonstrasi mungkin karena emang gak boleh (gua gak tau sih pastinya apa emang gitu atau gak) tapi mereka hidup makmur kok. Berarti demonstrasi bukan satu-satunya jalan. Gak boleh demonstrasi? Ya gak kenapa-napa.
Malah mungkin bagus, karena itu menutup kemungkinan demonstrasi yang ditunggangi muatan-muatan lain itu (dan ini yang sering terjadi di Indonesia kan?).
Trus tentang orang tua kalo udah gak kerja dijebloskan ke rumah jompo? First of all, buat yang tinggal di Singapore, coba kasih masukan, apa bener ada peraturan begini? Gua kok gak yakin ya. Soalnya gua tau kok ada orang-orang tua yang gak kerja tapi gak harus masuk rumah jompo. Mungkin ini balik lagi ke masalah skeptis ya. Karena udah terlanjur skeptis dengan negara lain (selain Indonesia), jadi pemilihan kata-katanya berkesan negatif.
Pertama yaitu kata ‘dijebloskan’. Rumah jompo itu bukan penjara lho! Dengan kata ‘dijebloskan’ itu kok seolah-olah dipaksa masuk ke tempat yang menyengsarakan gitu ya. Balik lagi gua gak tau di Singapore gimana, tapi rumah jompo kalo di Amerika itu rata-rata bagus kok. Orang-orang tua yang emang anak-anaknya tinggalnya jauh, mereka suka di rumah jompo. Karena di rumah jompo yang pasti ada caregiver nya. Ada yang merawat mereka. Trus mereka bisa melakukan aktifitas bersama-sama dengan teman-teman lain yang seumuran dengan mereka. Jadi rumah jompo itu bukan sesuatu yang menyeramkan lho!
Yang kedua adalah keseluruhan kalimatnya yang seolah menakut-nakuti. Seolah begini: hayo lu… kalo lu gak kerja lagi, bakal dijeblosin ke rumah jompo… Hayo lu.. hayo lu!!! Padahal kemungkinan besar, maksudnya adalah buat orang-orang tua yang gak mampu (karena udah gak kerja lagi), padahal kalo udah tua kan perlu perawatan, mereka ditampung di rumah jompo dan gratis (kalo ‘dijebloskan’ harusnya gratis dong ya.. :P). Jadi dengan begitu mereka gak perlu mikirin kalo sakit, beli obatnya gimana, karena gak punya uang. Lha kalo begini berarti bagus dong. Itu namanya pemerintahnya peduli dengan rakyatnya.
Lha kalo di Indonesia gimana? Orang tua yang gak punya uang, siapa yang nampung? Ya gak ada. Pemerintah ya cuek aja. Nah sebelum ada fasilitasnya di Indonesia, mendingan kalo emang ada kesempatan ya lebih baik orang tua-orang tua itu tinggal di Singapore dong kalo gitu? Biarin aja jadi beban pemerintah Singapore, yang berarti mengurangi beban pemerintah Indonesia kan? Berarti pemerintah Indonesia harusnya malah jadi punya dana lebih karena beberapa orang yang udah tinggal di negara lain udah gak membebani pemerintah Indo lagi. Dana lebih itu yang harusnya bisa dialokasikan untuk pembangunan di Indonesia. Harusnya…
Hal lainnya lagi, yang kecil-kecil aja nih. Mengenai kebiasaan gak buang sampah sembarangan. Kebiasaan ini gak dipungkiri masih gak ada di Indonesia kan? Masih banyaaaak banget orang yang suka buang sampah sembarangan. Sementara kalo ada orang-orang Indo yang punya kesempatan untuk pindah ke negara lain contohnya Amerika atau Singapore, mau gak mau, mereka harus merubah kebiasaan itu. Dari terpaksa merubah kebiasaan karena tempat tinggal, akhirnya bisa mendarah daging. Kalo ngebuang sampah sembarangan itu gak enak ati sendiri. Masalah buang sampah ini emang harus jadi budaya. Dan itu sudah membudaya di orang-orang Amerika/Singapore. Bukan masalah denda aja. Denda itu gua rasa lebih diperuntukkan buat para turis yang masih belum merasa itu budaya mereka. Untuk orang lokal, hal tersebut sudah jadi budaya dan udah melekat di hati.
Baru beberapa hari yang lalu gua pergi makan siang ama temen kantor. Salah satunya (bule) abis beli buku. Pas kita lagi nyebrang jalan, struk pembelian bukunya gak sengaja terbang dan jatuh di jalanan. Dia langsung ngejar untuk ngambil struk nya (waktu itu lagi angin kenceng, jadi kertasnya bener-bener terbang dan harus dikejar buat nangkep!). Gua juga jadi ngebantuin karena gua kira dia mau simpen struknya mungkin buat arsip atau apa gitu (mungkin dia mau balikin bukunya atau gimana). Karena kita juga kalo beli apa-apa pasti struk nya kita arsip dulu untuk beberapa waktu. Eh ternyata bukan karena itu lho. Dia ngejar struk itu karena dia gak mau itu ntar jadi sampah di jalanan! Nah itu yang namanya sudah menjadi budaya.
Dengan kita tinggal di negara seperti Amerika/Singapore dan bergaul dengan orang-orang lokal, kita sedikit banyak akan mengambil budaya mereka itu (dan semoga yang diambil adalah budaya yang positif ya bukan yang negatif), salah satunya dengan membuang sampah pada tempatnya. Semua harus mulai dari diri sendiri kan dan baru setelah itu bisa effect others. Dengan kita membudayakan diri kita untuk gak buang sampah sembarangan, anak kita juga akan begitu. Begitu juga sodara atau teman kita yang lagi mengunjungi kita dari Indonesia, ngeliat kita begitu mungkin mereka akan terpengaruh juga. Begitu juga waktu kita pulang Indo untuk liburan atau memang balik pindah Indo, diharapkan budaya seperti itu bisa berlangsung terus dan akan mempengaruhi orang Indo yang lain.
Kalo kita gak pindah ke negara lain dan tetep tinggal di Indo, apa iya kita bisa membudayakan diri kita seperti itu (apakah kita bisa berubah)? Bisa iya, bisa tidak. Tapi kalo kita pindah ke negara lain, udah pasti iya. Karena itu emang jadi keharusan!
Kenapa negara-negara itu ada yang udah maju? Pasti karena lebih banyak budaya yang positifnya. Ya kan? Kalo negatif semua mah pasti gak maju-maju. Nah dengan tinggal di negara maju, harusnya kita akan menyerap budayanya juga, dan itu nantinya yang akan kita tularkan ke bangsa Indonesia. Dengan kita tinggal di negara lain, kita jadi belajar. Dan hasil pembelajaran itu untuk siapa? Secara langsung maupun gak langsung ya untuk Indonesia juga…
Sekali lagi, nasionalisme itu bukan fanatisme lho. Kita jangan kayak katak dalam tempurung. Apa yang ada di Indonesia bukan selalu adalah yang terbaik (makanya kita belum maju-maju juga kan). Kita perlu melihat apa yang dilakukan negara lain. Dan kalo emang ada (dan pasti ada) option yang lebih baik, kenapa kita harus bersikeras melakukan apa yang kita lakukan sekarang? Kita harus berani dan mau berubah! Selama itu untuk menjadi yang lebih baik…
3. Dengan pindah ke negara lain, akan menjadi duta negara Indonesia.
Si penulis mengumpamakan IndonesiaUnite itu seperti Serangan Umum 1 Maret (eh bukannya harusnya 11 Maret ya? Gua mah emang pelajaran Sejarahnya udah pada lupa sih… Tapi seinget gua bukannya 11 Maret ya? Hehe :P) dimana waktu itu Soeharto menduduki stasiun radio (eh apa kantor berita ya? Yah begitu dah intinya… :D) selama 6 jam untuk mengumumkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada! Nah Jakarta bombings pada 17 Juli 2009 yang lalu, #IndonesiaUnite menjadi trending topic dan pengguna Twitter sedunia akan melihat bahwa Indonesia tidak runtuh terhadap usaha teroris, bahwa Indonesia adalah negara besar yang bangga, bahwa Indonesia merupakan negara yang masih sangat tepat untuk dikunjungi. Tweet #IndonesiaUnite mayoritas dalam bahasa Inggris, karena kita semua sama-sama ingin agar tweet kita dibaca orang di belahan dunia lain. Begitu yang gua kutip dari ebook tersebut.
Gua setuju banget itu. Kita harus menunjukkan kepada dunia kalo Indonesia itu tidak runtuh, dan bahkan kalo Indonesia itu ada! Ternyata banyak lho orang asing yang gak tau Indonesia. Mereka taunya Bali. Kalo pun tau ya cuma pernah denger sekilas aja. Indonesia itu dimana, mereka gak tau.
Nah kalo tujuannya emang untuk menyebarkan ke dunia tentang Indonesia, jelas akan lebih baik dan lebih efektif kalo melalui orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri! Orang negara lain akan ngeliat sendiri, secara langsung, pake mata sendiri, mendengar secara langsung, pake kuping sendiri, dari orang Indonesia! Bukan cuma baca di Twitter, bukan cuma nonton di TV.
Ini contoh dari pengalaman gua aja ya. Udah beberapa orang gua jelasin Indonesia itu dimana, ada lho yang bahkan gak pernah denger Indonesia (padahal mereka ini orang berpendidikan). Yup, ternyata Indonesia itu gak seterkenal yang gua bayangkan.
Trus pas gua balik dari Indo, gua bawain oleh-oleh gantungan kunci wayang dan selendang batik. Mereka pada tanya apaan itu. Dan dari situ berkembang jadi gua ceritain tentang wayang dan juga batik. Begitu juga pas kemaren di sekolah Andrew ada International Day Festival, Esther bikin pukis untuk dibagiin disana. Tentunya dengan tulisan: Pukis from Indonesia. Dan kita juga ada ngasih CD Kris Dayanti ke salah satu kenalan kita di Gereja. Kalo bukan karena ada orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, orang-orang itu gak akan tau tentang wayang, tentang batik, tentang pukis, ataupun tentang Kris Dayanti.
Dan bahkan ada yang gak tau Indonesia!
Oh ya, dengan tinggal di luar negeri juga bukan berarti kita lupa sama produk Indonesia kok. Selain kecap Bango dkk tadi, gua juga beli sepatu dari Indo yang suka gua pake ke kantor. Setiap kali gua pake sepatu-sepatu itu, selalu menuai pujian dari orang kantor, baik yang kenal maupun gak kenal. Katanya sepatunya bagus, keliatannya nyaman banget. Dan ujung-ujungnya mereka tanya beli dimana. Yah tentu gua dengan bangga menjawab: beli di Indonesia! Kalo dari Twitter doang, mereka gak tau lho kalo produksi Indonesia itu keren-keren dan nyaman dipakai… 🙂
Itu baru yang gua lakukan. Belum lagi yang dilakukan oleh ribuan orang Indonesia yang tinggal di sini, dan ratusan ribu atau jutaan orang Indonesia lain yang tinggal di negara-negara lain di penjuru dunia.
Jadi, kalau emang ada kesempatannya, tinggal di luar negeri itu justru bisa membantu kemajuan Indonesia, membantu mengubah Indonesia menjadi lebih baik, dan juga membantu Indonesia supaya lebih terkenal!
Orang Indonesia yang tinggal di luar Indonesia justru lebih teruji nasionalisme nya. Karena setiap saat justru kita harus berusaha untuk menjadi sosok yang baik supaya citra Indonesia di mata bangsa lain itu bagus dan positif. Misalnya dengan ngeliat gua, orang-orang jadi mikir ooo ternyata orang Indonesia itu ganteng-ganteng ya…. Jadi bagus kan citranya? 😛
Jadi, jangan memandang rendah/miring orang-orang yang memilih untuk pindah ke negara lain. Itu sama sekali bukan karena kita benci Indo. Itu sama sekali gak ada hubungannya dengan nasionalisme kita.
Kita pindah karena kita dapet kesempatan untuk pindah. Kesempatan untuk mencoba mendapatkan yang lebih baik. Untuk siapa? Yah untuk kita pastinya… Tapi seperti yang gua tulis diatas, baik secara langsung maupun gak langsung, juga untuk Indonesia!
Hidup Indonesia! 🙂
PS. Tentang sekolah di Amerika. Relatif tentu masih lebih bagus dari sekolah di Indonesia. Sekolah yang gratis di Amerika memang sekolah rakyat. Tapi sekolah rakyat disini banyak yang unggulan lho! Banyak yang nilainya setara dengan sekolah-sekolah swasta yang mahal-mahal. Jadi emang kalo bisa sekolah di Amerika (dan gratis), ya gak ada salahnya juga kan?
Memang tidak dipungkiri kalo orang Indonesia itu banyak yang pinter. Banyak yang jenius. Seperti yang dicontohkan di ebook tersebut, bahwa juara kompetisi robotik adalah orang Indonesia, bukan orang Amerika.
Tapi inget… Jangan sombong duluan. 2 orang Indonesia mengalahkan Amerika apa berarti Indonesia langsung menjadi lebih pintar? Amerika tetep yang punya Microsoft, punya Apple, dan lain-lainnya. Kita tetep harus mengakui itu. Indonesia masih harus belajar banyak dari Amerika dan negara-negara maju yang lainnya. Itu gak perlu dipungkiri dan gak perlu malu. Bener gak? 😀
PS lagi. However, ebook nya tetep perlu dibaca kalo punya waktu (panjang soalnya… jauh lebih panjang dari postingan gua yang panjang ini! Hahaha). Bukunya membahas banyak hal, bukan cuma tentang orang yang tinggal di luar negeri kok. Tapi tentu gua gak membahas semuanya disini lah… Gua cuma ngebahas seputar yang tentang tinggal di luar negeri itu karena merasa tersentil. Hehehe. Buat yang pengen baca ebook nya bisa download disini ya!
PS lagi dong (gak afdol kan kalo PS nya gak banyak). Selamat hari Waisak buat yang merayakan…. Selamat long weekend buat semuanya… Di sini kita juga long weekend lho, tapi hari Senin liburnya (Memorial Day).
[tweetmeme source=”ArmanTjandra” only_single=false]
Ping balik: Indonesia Raya | Life begins at 30...
Hehe baru baca post ini krn lo link dr post yg lebih baru itu, gw melongo baca bagian “harus masuk panti jompo”. LOL. I’m half singaporean, my mum was a singaporean (then she gave up her nationality to marry my dad), semua keluarga mami rata2 di spore so i know spore really really well. GAK ADA CERITA HRS MSK PANTI JOMPO WTF hahahahaa. AMa gw 88 thn, jobless obviously, tinggal ma oom tante gw dan sama skali ga ada niatan untuk di masukin panti jompo…. Setua gw, org2 tua yg kerja di foodcourt atau fast food itu, either anak nya pada gak bisa di harapin (krn ga bisa d pungkiri kalau org Spore itu lbh self-ish lah drpd org indo, jauh lah) atau krn mrk sdh terbiasa kerja dan mrs ga berguna kalo ga ngapa2in, jd mrk kerja deh!
Iya.. Makanya tuh heran juga pas baca kalo orang tua di singapore bakal dimasukin ke pantai jompo. Kan gak semua begitu…
Emangnya ada sekolah gratis di indonesia? Ngga pernah dengar. Iya benar susah di sini ama di amrik emang beda. Pernah aku baca artikel: kalau mau miskin, miskin aja di amerika. Setuju banget. Pemerintahan lokal menjamin soalnya, imigran legal tentunya dengan syarat2 tertentu pastinya.
sekolah negeri bukannya gratis di indo?
Ping balik: Lagi Lagi | Life begins at 30...
Udah baca sampe abis nih…. dan saya setuju banget! Gak selalu harus orang indonesia yang tinggal di indonesia aja yang punya jiwa nasionalis! Saya pernah bertrevel ke beberapa negara ya itu china, jepang, dan transit di malaysia. Dari pengalaman itu saya mempelajari budaya mereka, dan benar negara mereka bersih2, budaya tidak buang sampah sembarangan di junjung tinggi, jalanan semuanya rata2, mulus2, bahkan setiap sore dipel!!! (Gila gak tuh?) Lah di tempat saya tinggal (lampung) jalanan baru 3 bulan di aspal udah bolong *sigh*. Udah itu pas di china saya meliahat sesuatu yang bagus, kalo di indonesia di pinggir jalan hanya di tanami pohon yg rindang aja, tapi kalo di china pohon2 yang di tanam di pinggir jalan itu pohon mangga! Tau apa gunanya? Selain untuk ngurangin polusi, mangga2nya itu kalo udah berbuah, itulah yang di pake untuk membangun perekonomian, untuk di eksport *well gak tau sih untuk kepastiannya tapi bukankah suatu pemikiran yang pintar?*.
Nah dari hal2 sederhana seperti itu kan bisa di bangun untuk negara kita juga? Iya gak???
Dan saya bercita2 untuk tinggal di luar negeri suatu hari nanti, bukan berarti saya gak nasionalis dong? Justru saya pikir saya nasionalis, saya ingin mengejar pendidikan di sana, bidang fashion, di situ saya ingin memperkenalkan lebih dalam lagi mengenai batik dan produk2 indonesia lainnya. Bukankah itu bagus? Well jangan mandang kesitu dulu deh, kayak mas arman (mas atau om nih manggilnya, saya masih 16 tahun soalnya lol) make sepatu dari indonesia di beri compliment sama orang2 non indonesia di sana, di negara tujuan saya juga saya akan melakukan hal sedimikian rupa dengan memakai batik atau produk2 indo lainnya, secara otomatis akan memperkenalkan indonesia juga kan? Jadi saya kurang setuju atau malah tidak setuju dengan orang2 yang ngongo aja kalo cuma orang indo yang tinggal di indo doang yang nasionalis!
And wish me luck ya untuk tujuan saya ke Oz, biar jadi duta indonesia salah satunya lololol, but overall saya mau bilang HIDUP INDONESIA TANPA FANATISME!!
yup yup… 🙂
good luck for you!
Gara2 liat komen lo di blog nya Fab gue jadi baca ini. =) Gue setuju sama tulisan ini Man. 100% setujuh!!! Biasanya kan gue “setuju, tapi…” nah kali ini beneran “setuju doang.”
Buat gue pribadi, gue jadi lebih cinta sama indo dan mengerti arti nasionalis sebenarnya sejak tinggal di luar negeri. Kan biasanya we never know what we have til it’s gone yah Man. =)
Gue kangen suara masjid pas maghrib, gue kangen diajak ngobrol random sama ibu2 di bus/angkot (yah orang spore mana ramah begitu) dan yang pasti gue kangen grasak grusuk ngejer tukang syomai abis denger bell sepeda nya. Hal2 kecil kayak gitu nggak akan bisa dihargai kalo kita belum kehilangan. Habis itu gue baru sadar, betapa Indonesia itu negara yang sangat kaya. Kaya culture, kaya sumber daya alam, dan luar biasa cantiknya.
Skrg kalo gue travel kemana2 dan ngobrol sama para traveler lain, gue pasti ceritain Indonesia. Mungkin nasionalis gue belum bisa buka yayasan kanker, tapi gue selalu bawa nama baik Indo kemanapun gue pergi. =)
Kudos for the post Man. =D
thanks may…
nah iya bener kan ya… kadang orang terlalu judgmental sama orang2 yang tinggal di luar indo ya…
Hi!
Wah.. nemu tulisan ini. Menarik juga 🙂
Emang banyak yang “salah kaprah” mengartikan nasionalisme dengan fanatisme, sehingga kebanyakkan menganggap kedua hal itu adalah sama, padahal sungguh jauh berbeda.
Gw jadi inget salah satu bits seorang @notaslimboy yang mengartikan Pribumi dan Non- Pribumi. Analoginya seperti itu kira-kira. (Ini link youtube nya : http://youtu.be/t1lO4B1A68A). Sekali lagi, hanya analogi! (takut salah :-D)
Balik lagi, gw setuju banget, nasionalisme itu apa yang melekat di hati dan di proyeksikan terhadap tingkah laku.
Menurut gw dengan contoh tindakan kecil (yang juga di tulis di atas), yaitu budaya untuk tidak membuang sampah pada tempatnya, even kita adalah individu yang pernah tinggal di luar negeri dan akhirnya melekatlah kebiasaan positif itu, atau sekalipun kita adalah individu yang hanya terlahir tanpa pernah tinggal di luar negeri, asalkan kita menjaga lingkungan dan kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan, ya menurut gw kedua individu itu nasionalis 🙂
-salam kenal-
iya betul… emang mesti hati2 jangan sampe nasionalisme itu berubah jadi fanatisme… 🙂
salam kenal juga ya.
Kalo udah tua masuk ke panti jompo????
Aturan mana itu? Ane tinggal sewa room di Singapore, tinggal bareng owner yg jobless, tua pula, ga masalah tuh tinggal sendirian. Malah tiap hari kelayapan kemana-mana, gak kerja.
So, sebelum dengar berita aneh2, ada baiknya konfirmasi dulu. Ini satu yg ane ga suka ma kebanyakan orang Indo, suka menebar berita2 palsu yg blm tentu benar. Mo di Indo, ato mo di luar Indo, sama aja….
setuju 🙂
wah bagus dan keren banget topik yang diangkat di tulisan ini….. numpang ikutan baca ya dan boleh ijin ya share link blog ttg tulisan ini ketemen yah krn topiknya bagus banget….
benar2 seru sampe baca blog nya jg komennya dari atas sampai bawah hehehe…:)
Iyah benerrr tinggal di luar negeri bukan berarti kita ga nasionalis ya..soalnya kadang dpt komen jg “betah bgt si merantau, ga cinta bgt si sm Indonesia” hehe…, kan gatau ya siapa tau dengan bekerja di LN tp ikut membangun negeri dari jauh dengan segala cara apapun sumbangsih kita untuk negeri kita tercinta Indonesia.. itu kan salah satu bentuk nasionalisme kita jg ya..
ga pengen komen tll panjang *eehh dah terlanjur panjang ya..
thank you…
iya gua setuju ama comment lu 🙂
hi!!! aku seorang nasionalis yg tinggal di sydney untuk sekolah..
in my perspectives all arguments based on which type of people are you surrounded by, which factor are you thinking of, dkk..
aku agak setuju untuk sedikit membandingkan indonesia dgn keburukan negara luar.
karena di indonesia byk orang2 kecil atau menengah yang menbesar2kan negara luar..
dan berhubung mereka orang kecil atau menengah yang tidak begitu tahu ttg negara luar. terkadang orang2 kecil ini jadi lbh semangat untuk memperbaiki masa depan keluarganya di luar daripada di indonesia..
from my point of view, si penulis bukan arogan atau memanas2i indonesia ttg negara lain.
tapi sebenarnya sedikit pushing the boundary of how to elaborate the way you think in taking act to support indonesia..
from my surroundings, i see a lot of people that just build up their money in indonesia and doesn’t build up much structural acts in making indonesia better..
membuka lapangan kerja dan memadahi para pekerja belum tentu membangun indonesia utk jangka panjang. jika system pembimbing di dalam company itu atau di pendidikan yg tersedia itu salah yang ada malah memerosoti masa depan indonesia.
sebenarnya banyak faktor lain in detail yg harus juga diperhatikan..
berhubung si penulis tinggal di indonesia, mungkin dia sick of the people he’ve been surrounded by that always complains and talk badly about indonesia..
i do know some of them talk badly overseas too..
i’m sick of these kind of people in indonesia too, maybe that’s the argument that the author trying to say. karena banyak dari mereka yg dr kecil berpindah ke menengah malah membangga2kan negara lain dan mengirim anak2nya ke luar negeri dgn misi yang salah..
well.. nothing is right or wrong, in perspectives..
but hey, if you have a good story about a nationalist indonesian living overseas such as yourself, mungkin si PP akan senang sekali melihat bertambah banyaknya orang2 yg aktif menulis buku untuk berbagi pikiran dan pandangan.
about indomie.. i hope u’ve watch a rap song called indomie in youtube that released by this year already.. and i do know A LOT of westerners and australian born asians in australia LOVES indomie and kecap manis.. they praise indonesian foods a lot..
and i even heard a friend of my ex bf (spanish) used to stock his house with boxes of
indomie and he only eats indomie everyday..
i heard europeans LOVES indomie and permen jahe yg biasa dijual di warung yg kita pun gak segila2 itu nyarinya, and di europe it’s sold in deli!!!! XD
well, just sharing another long perspective =)
lets elaborate our nationalism and how to build a better indo!! be creative..
membanding2kan emang gak pernah jadi masalah. mau banding2 ama keburukan negara lain juga gak masalah. yang jadi masalah adalah kalo yang dibandingkan itu adalah sesuatu yang gak bener. atau sesuatu yang positif tapi dikonotasikan jadi negatif. itu yang gak bener.
kayak yang gua bilang, nasionalis itu gak tergantung tinggal dimana. emang banyak orang2 indo yang tinggal keluar dan gak nasionalis. tapi banyak juga orang2 indo yang tinggal di indo yang gak nasionalis. balik lagi bukan masalah itu. tapi masalahnya jangan skeptis dengan ‘tinggal di luar negeri’, sekali lagi itu bukan berarti gak nasionalis. bedakan nasionalis dan fanatis. dan sekali lagi jangan lah jadi katak dalam tempurung. itu aja yang mau ditekankan.
tentang indomie, bukan itu yang jadi pokok pembahasan gua. emang banyak orang bule suka indomie. bagus. tapi gua mau menekankan tentang ekspor yang terjadi karena ada orang2 indo yang tinggal di luar negeri. ok kalo contoh indomie kurang pas karena banyak orang non indo yang suka, tapi gua juga memberi contoh yang lain seperti minyak telon dan materai! gak pernah ada orang non indo yang perlu beli materai indo di luar negeri kan? 😛
jangan terlalu fokus pada salah satu contoh, karena big picture nya bukan itu.
Hi, Salam kenal Ko Arman^^ *Sksd bgt ya baru juga pertama kali ninggalin komen uda manggil Kk haha*
Gw baru baru ini nemu blognya k arman *telat buanget siihh* dan tulisannya bagus2 bgt, walaupun gaya penulisannya kaya ngajak ngobrol, tapi intinya dalem n setelah baca jadi bikin mikir. Hehehe..
FYI, sekarang gw juga lg kuliah di China, terus temen2 kuliahnya kan banyakan bule2 atau kalau negara asia mayoritasnya korea gitulah, Nah seperti ko Arman blg, temen2 gw ini bnyk bgt yg ga tau kalo pulau bali itu di indonesia, duh cape dehhh..
Untungnya di kelas sering ada tugas presentasi memperkenalkan sesuatu dari negara masing2, misalnya makanan khas, tempat wisata, aktivitas dll, So far sih, tentang indo selalu dapat tanggapan positif. Apalagi waktu prsentasi tentang Bali plus foto2 pemandangan dan budaya di Bali. Bener2 gak kalah dibandingin tempat wisata negara2 lain. Tahun lalu juga gw sempat masakin beberapa masakan Indo yg gampang2 kaya perkedel, bakwan, gulai dll. Mereka juga suka loh^^ Malah gw disini jadi merasa lebih bangga jadi org Indonesia ketimbang waktu di Indonya..hahaha..
hi salam kenal juga… 🙂
iya kalo kita tinggal di luar malah lebih berasa kalo nasionalisme kita lebih diuji ya… 🙂
thanks udah baca2 blog gua… 😀
hehehe 😀 pantesan kalo postingan yang ini rame dibicarakan mas, menyentil secara terang2an gitu :p
gw belom baca sih ebook nya pandji, tapi tau lah rame2nya. cuma gw ngerasa pas IndonesiaUnite masih baru2nya, kok rada lebay saya :p apalagi secara ada acara tv di doi bawain di metro tv. terlalu twitter menurut gw! ah sudahlah ntar gw jadi ikutan sensi, bukan sensy :p
btw CD krisdayanti? demi apa..? LOL
hehehe… tapi boleh kok dibaca ebook nya.. ok juga.. 🙂
huahaha… gua bawa2in cd kd itu sebelum ada kejadian kd yang belakangan ya… 😛
Ping balik: TERINSPIRASI BAB NASIONALISME | My Back Door! [TM]
sekedar blogwalking bro. info artikelnya menarik. ijin untuk menikmati sejenak. silahkan mengadakan kunjungan balik. ditunggu… 🙂
terima kasih dan salam kenal dari Wiro Sableng 212
thanks udah berkunjung kemari…
Hmmm…Tulisan yang bagus, dapat memberikan pengetahuan, inspirasi, dan membuka pikiran gue. Gimana lika-liku kehidupan WNI yang ada di luar negri,sudut pandang mereka terhadap bangsanya sendiri, bagaimana mereka bersikap nasionalisme dengan caranya masing-masing.
Kalo gak salah ya, dalam ilmu marketing itu, pemasaran yang paling jitu adalah dari mulut ke mulut. Dengan adanya para WNI di luar negri ini, otomatis mereka jadi duta-duta Indonesia untuk memasarkan Indonesia juga di segala bidang (baik pariwisata, budaya, ekonomi, dll). Yang pada akhirnya juga dapat meningkatkan citra Indonesia di dunia Internasional.
Buat Pandji dan Arman two thumbs up buat kalian.
thanks udah baca dan ikutan komen… 🙂
aku aja yang cuman 1.5 bulan di luar negeri (spore dan japan), pengennya hidupnya di sono. emang lebih nyaman dan “manusiawi”.. halah 🙂
tapi kesan yang aku tangkep ketika diluar adalah monotonnya aktivitas kesehariannya. bener-bener monoton. kayak robot aja (pengalaman pribadi bro…).
lebih dinamis di sini. yah.. mungkin karena keseringan liat preman malakin orang. antrian pada maen serobot aja. naik motor saling sikut. krl bejubel (eh…disana juga ding).
begitu disana, gak ada tuh kayak gitu. jadinya kurang indonesia banget 😀 hidup indonesia!!!!
mencermati aja… kalo dari comment-comment yang masuk, rata-rata mengasumsikan indonesia tuh di kota-kota besar aja, terutama jakarta.
padahal kalo mo milih… di kota-kota lain lebih enak daripada, terutama, jakarta. imho
hahaha gitu ya… kalo di indo lebih gak monoton ya… bener juga… 😀
tentang hidup di kota besar atau kecil ya itu preference masing2 orang sih ya…
Wah, gw suka postingan yang ini, nge-review ttg tulisan orang, orangnya ikutan komen, n penutupannya oke. Hopefully one day, pandji n arman bisa nulis bareng…hehehee, eh gw juga mau diajak nulis barengan hahahhaaa…*ngarep*…
Hahaha… Ya nanti kita nulis bareng semuanya… Nulis di blog masing2. Hahaha
Wah…
Hebat, gak sia” nih g baca sampe mata pada juling, otak muter tujuh keliling, leher pada pegel tapi hasilnya memuaskan… G juga pengen ngumpulin uang dari sekarang untuk masa depan anak g, ya ada niat untuk menyekolahkan di luar… Itung” deposit… Hehehe..perlu banyak posting kaya gini nih untuk menambah wawasan, sayang g bacanya telat…tapi mantap bro salut g…gd luck ya…
thank you…
iya nabung lah dari sekarang ya… 😀
Arman, terima kasih atas infonya. Yg elo ceritain soal rumah jompo gue baru tau. Terima kasih atas infonya. Bahkan banyak info baru yg gue temukan dari komen2 temen2 diatas :))
Waktu penulisan gue nyari2 info ke temen2 yg di singapore semua mengiyakan tanpa cerita lebih dlm kyk yg elo ceritakan 🙂
Gue rasa kita sebenarnya sepaham kok.
Hanya kayaknya cara gue bertutur dlm buku-e gue kurang cukup baik utk bisa dipahami beberapa orang.
🙂
Makasih atas bahasannya, makasih juga utk pembaca blog elo.
Sangat mencerdaskan.
Silakan mampir juga ke http://pandji.com utk baca tulisan2 gue yg lain.
Buku-e gue juga ada 2 lagi selain yg NASIONAL.IS.ME (loh kok promosi? Hehehe)
Makasi yaa!
sama-sama…
thanks juga udah komen disini….
sip lah.. ntar gua baca2 e book lu yang lain ya… 🙂
keep writing!
A triggering post. I’m an Indonesian citizen that has never lived abroad. For me if I had to choose, I’d love to choose to live and make a living here in Indonesia. And from what I earn I’ll travel the world (as many countries as I can), learn from what I see, and then go back to Indonesia and somehow make things better. Wow. Do I sound like an optimist? I do. 🙂
Because you know what? Despite all the shits (that have been happening here in this country), life has been really nice and great to me here so I’ve got no reason not to stay. I love Indonesia. 🙂
Also.. I believe what’s written in someone’s blog does not necessarily represent the writer as a whole person. So.. it’s best not to 100% believe in everything you read. Cheers! 😉
ya mau tinggal di luar negeri atau tetep di indonesia itu kan hak asasi setiap manusia ya…
kayak yang gua bilang, tinggal dimana pun emang pasti ada plus ada minus nya. tinggal ditimbang2 sendiri aja yang lebih cocok buat masing2 karena tiap orang pasti kondisi nya berbeda beda…
agree with your last sentence. tapi disini gua cuma membahas apa yang mengganjal aja.. karena ada kalimat2 yang rasanya gak enak dibaca dan berkesan skeptis terhadap negara lain gitu… 🙂
Kalimat pertama gue akan langsung menyelesaikan inti dari posting ini beserta semua komennya:
Kalau yang tertangkap dari e-book adalah bahwa tinggal diluar negeri dan berkarya disana itu tidak nasionalis, itu salah. Dan itu bukan yang gue maksud 🙂
Selesai kan?
hehehehehhe
Tapi gue menyadari kalau memang ada perbedaan persepsi dalam membaca buku-e ini
Dan kalau membaca komentar orang orang diatas, nampaknya beberapa orang berkomentar perdasarkan posting arman dan bukan karena sudah baca bukunya 🙂
Karena itu, mari gue ceritakan poin yang justru menggambarkan sebaliknya 🙂
Kalau dibaca lagi (silakan unduh untuk yg belum) ada bagian dimana gue bercerita tentang Bung Hatta.
Gue ceritakan disitu bagaimana beliau adalah pahlawan favorit gue 🙂
Bagaimana beliau menghabiskan lebih dari 10 tahun di Belanda.
Gue cerita bahwa orang sering menganggap tinggal di luar negeri tidak nasionalis padahal sesungguhnya sangat bergantung dgn tujuan mereka ke luar negeri dan apa yang mereka akan lakukan dengan apa yang telah mereka miliki dari luar negeri 🙂
Itu tertulis dibuku-nya 🙂
Ki Hadjar Dewantara, Muhammad Hatta, Bung Karno, Tjipto Mangunkusumo,bahkan sampai ke Profesor Yohannes Surya dan masih banyak lagi adalah orang orang yang lama di luar negeri. Tapi lihat apa yang telah mereka lakukan untuk Indonesia?
🙂
Waktu kuliah di Belanda, Bung Hatta baru sadar bahwa ternyata pergerakan kemerdekaan itu tidak hanya di daerahnya, tapi ternyata di seluruh daerah. Pemahaman akan sebuah bangsa JUSTRU ditemukan Bung Hatta di Belanda.
Beliau kemudian jadi redaktur utama sebuah buletin mahasiswa Indonesia di Belanda yang kelak akan jadi majalah pergerakan bangsa Indonesia bernama “Indonesia Merdeka” 🙂
Bung Hatta lewat tulisan tulisannya membakar semangat pemuda Indonesia. Kemudian tahun 1925, lahirlah MANIFESTO 25 yang menjadi dasar dari SUMPAH PEMUDA di tahun 1928.
Semua itu, dilakukan, DARI BELANDA 🙂
Diatas ada komen dari Indonesia PeaceKeepers. Itu adalah Luigi Pralangga, teman gue yang jadi relawan PBB. Kerjanya membangkitkan kembali negara negara yang hancur karena konflik. Dia, melakukan sesuatu yang luar biasa di luar negeri. Karenanya, gue bangga.
Di buku-e gue bercerita tentang Iwan Esjepe yang punya gerakan “Kibarkan Merah Putih di Malaysia” 🙂
Tenaaaaaaaang, hehehehe, yang dimaksud disini adalah berprestasilah di malaysia.
Supaya nama Indonesia harum di negeri tetangga.
Ini juga sesuatu yang gue ceritakan di buku-e karena gue suka dengan idenya.
Keluar negeri, untuk mengharumkan nama Indonesia 🙂
Gue rasa, soal anggapan bahwa menurut gue keluar negeri itu tidak nasionalis sudah clear. Karena jawaban gue tadi cukup menggambarkan pandangan gue 🙂
Lalu soal “dijebloskan ke panti jompo” 🙂
Dikatakan diatas Panti Jompo kan bukan penjara dan harusnya dijebloskan adalah bukan istilah yang tepat.
Argumen gue adalah, TEPAT kalau elo DIPAKSA.
DIPAKSA untuk masuk rumah jompo.
Tidak boleh tidak. Harus masuk.
Di Indonesia, elo punya pilihan untuk mau masuk panti jompo atau tidak. Di luar negeri, elo HARUS.
HARUS.
Kalau tidak yakin (seperti yg ditulis Arman juga diatas) silakan tanyakan. Silakan google.
Tegakah elo liat orang tua elo yang udah pensiun HARUS masuk panti jompo disaat bahkan elopun mau mengajak orang tua elo untuk tinggal serumah?
Lalu soal pekerjaan tukang bersih bersih bukan pekerjaan hina, memang… memang bukan. Tapi tega kah elo liat nenek nenek umur 80 tahun membersihkan piring elo di foodcourt lalu dibuang ke tempat sampah kemudian mendorong gerobak sampah beroda itu?
Gue liat dengan mata kepala gue sendiri. Membayangkan memang tidak sama dengan meliat, gue yakin kalau elo liat, elopun akan nangis.
Nenek itu dalam hatinya gue yakin ga mau kerja.
Mau dirumah, bermain dengan cucu. Kenapa nenek itu ada disana dorong2 gerobak sampah?
Karena beliau ga mau masuk rumah jompo..
Duh nulis ini aja mau nangis gue..
Nah, sekarang gue akan jelaskan (yang juga tidak tertulis oleh Arman) kenapa gue menulis soal Singapore ini:
Gue menulis itu, karena sebelumnya gue bercerita tentang orang orang yang menganggap Singapore itu lebih baik dari Indonesia.
Lalu gue mencoba jelaskan bahwa, Singapore banyak baiknya, tapi juga banyak buruknya. Indonesia banyak buruknya, tapi juga banyak baiknya.
Tujuan gue menulis buku-e NASIONAL.IS.ME adalah untuk menunjukkan kepada pembaca gue, bahwa Indonesia itu JAUH LEBIH BESAR daripada Indonesia yang kita lihat dan baca di media massa.
Bahkan (kalau elo baca buku-e gue itu) ada 1 bab khusus yang menceritakan tentang keburukan keburukan Indonesia
Kenapa?
Seperti yang tertulis di buku-e itu, karena gue ga mau orang salah sangka NASIONALISME menjadi CHAUVINISME.
Bahwa Indonesia itu bukan negara terbaik di dunia, tapi pun tidak ada negara terbaik di dunia. Tiap negara adalah baik bagi bangsanya.
Indonesia itu tidak sempurna, tapi karena itulah kita harus berkarya untuk bangsa 🙂
Duh, komen gue jadi lebih panjang daripada posting blognya nih
Cukup aja deh, intinya, unduh aja bukunya kalau mau lebih jelas 🙂
Makasih banyak Arman udah dibahas buku-e gue 🙂
nah lho… yang punya buku dateng… hehehe.
kayak yang gua udah pernah bilang juga, emang tinggal di negara manapun pasti ada plus minus nya. apapun di dunia ini gak ada yang mutlak kan? gak ada bagus doang, atau jelek doang. semua ada 2 sisi. gitu juga dengan setiap negara. tapi yang jelas ada negara yang lebih maju dan yang lebih gak maju. nah apakah negara yang lebih maju dianggap lebih baik? yah baik atau gak baik itu kan relatif, itu penilaian. subjektif. tergantung masing2 orang. gitu juga dengan pertanyaan: apakah ada negara yang terbaik di dunia? balik lagi itu tergantung masing2 orang menilainya. gak bisa juga dengan mutlak kita bilang gak ada yang terbaik di dunia…
seperti yang gua tulis juga, gua salut kok dengan buku lu, dan dengan semua yang udah lu lakukan. makanya gua mau baca buku lu. kalo gua gak salut dengan yang lu lakukan, gak bakal gua rela meluangkan waktu untuk baca e book lu kan? 😀 dan gak mungkin gua rela meluangkan waktu dan space di blog gua untuk ngebahas… 😀 bahkan di bagian bawah pun gua menyarankan semua pembaca blog ini untuk ngebaca e book lu, karena emang menurut gua e book lu layak untuk dibaca…
cuma emang ada ganjalan2 aja, seperti yang gua tulis.
balik tentang singapur. emang gak ada negara yang semuanya baik. pasti ada jeleknya. tapi secara umum udah diakui dunia kalo singapur jelas lebih maju (gua pake maju aja lah, bukan baik ya) dari indonesia. perekonomian lebih maju, lebih aman, lebih bersih, dll. jadi jelas secara umum (ya pasti ada case tertentu yang gak masuk itungan, tapi ini secara umum dan rata2 aja) pasti hidup di singapur (kalo ada kesempatan) akan lebih ok. itu gak bisa dipungkiri dong.
tentang panti jompo. mertua gua ada kenalan yang tinggal di singapur, udah tua, pensiun, tidak kerja, dan hanya di rumah momong cucu. gak dijebloskan ke panti jompo tuh… kenapa? karena dia punya duit yang cukup untuk menghidupi hidupnya sendiri termasuk untuk kesehatannya. balik lagi kayak yang juga ditulis di komen2 temen2 yang tinggal di singapur, orang tua dimasukin ke panti jompo untuk yang emang gak mampu, gak bisa bayar dokter dll. jadi pemerintah ngasih fasilitas untuk memelihara rakyatnya yang emang udah tua dan gak bisa kerja itu. itu fasilitas lho. jadi balik lagi dalam pemilihan kata2nya nih. karena dijebloskan itu kesannya negatif sekali ya. sama kayak dijebloskan ke penjara. dan penjara itu adalah untuk orang2 kriminal yang tentu artinya adalah sangat negatif.
nah untuk orang2 tua yang masih kuat bekerja, mereka masih mau bekerja. trus kenapa mereka banyak kerja kasar? karena emang mereka qualified nya untuk kerjaan seperti itu. kasian ya? kasian emang… tapi mereka gak dipaksa kok. selama mereka emang merasa masih kuat ya mereka masih mau kerja. di amerika juga banyak yang gitu kok. karena mereka semua terbiasa hidup mandiri. gak ada pembantu, gak ada supir. gak dikit2 tinggal nyuruh. buat mereka kerja itu biasa aja. ya kayak di rumah udah terbiasa juga kan bersih2 rumah sendiri, masak sendiri, nyuci sendiri. kalo di indo mungkin kita berasa kasian kalo ngeliat nenek kita harus nyuci sendiri… kenapa kita kasian? karena kita udah terbiasa melihat kalo nyuci/masak/bersih2 itu adalah kerjaan pembantu! bukan kerjaan kita… apalagi nenek kita. kasian dong. tapi buat orang yang emang terbiasa melakukan apa2 sendiri, gak pake pembantu, melakukan semua itu biasa kok. gak kasian.
prinsipnya begini: selama masih bisa ngerjain sendiri, kenapa harus minta orang lain? bandingkan dengan prinsip yang berlaku general di indo: selama bisa dikerjain sama orang lain, kenapa harus ngerjain sendiri? ya kan? 😛
ada temen yang pernah bilang ke gua. kalo tinggal di luar negeri tuh apa-apa pake tangan (maksudnya semua dikerjain pake tangan sendiri), sedangkan kalo di indo tuh apa-apa pake mulut (maksudnya semuanya tinggal nyuruh).
nah ini masalah budaya nih. kita udah terbiasa untuk apa2 nyuruh. nyuruh pembantu, nyuruh baby sitter, nyuruh supir. karena kebiasaan inilah yang membuat kita jadi merasa kasian kalo ngeliat orang udah tua kok kerja. sementara buat orang2 yang terbiasa apa2 kerjain sendiri, hal itu udah biasa. sampe tua pun mereka masih mau ngerjain apa2 sendiri. di gym gua, banyak banget orang tua. bener2 tua ya sekitar umur 70-80an. mereka masih nyetir sendiri ke gym, setiap pagi, olah raga (dan olahraganya bener2 niat ya bukan cuma kongkow2), berenang…. walaupun ada yang jalannya udah pelan banget dan pake tongkat, walaupun gym gua itu buildingnya 5 lantai jadi harus naik turun tangga (gak ada lift ya), mereka tetep aja tuh semangat. apakah kasian? kalo ngeliat di indo… ada gak yang udah umur segitu masih pagi2 pergi nge gym? jarang kan ya? bahkan ada yang rumahnya aja dipakein lift dengan alasan karena ada kakeknya yang udah tua. karena tua jadi kasian kalo ngeliat mereka naik turun tangga? nah lho… jadi tua itu bukan berarti jadi gak bisa ngapa2in lho ya. selama emang masih sehat. gua justru salut ngeliatin orang2 tua disini yang masih semangat untuk olahraga dan juga kerja. mereka juga banyak yang kerja bukan karena perlu duitnya aja, tabungan udah ok, anak udah pada mapan, tapi ya karena mereka merasa masih mampu, dan masih mau beraktifitas.
sama sekali gak perlu kasian ngeliat orang tua yang kerja. kita justru harus kagum dan salut dengan semangatnya.
justru kasian kalo orang masih sehat tapi males beraktifitas! akhirnya kerjaannya duduk doang. nonton tivi. kongkow2 makan2 di restoran. akhirnya kolestrol naik, lha makan2 doang gak dibarengi olahraga (aktifitas)… nah ini malah kasian!
justru kasian kalo orang udah tua, dan gak punya uang, tapi gak ada pemerintah yang peduli. gak ada fasilitas panti jompo dan kesehatan gratis. akhirnya kalo sakit gak bisa ke dokter. terpaksa di rumah aja, gak ada yang ngerawat…. nah ini malah kasian!
jadi disini yang penting adalah sudut pandang masing2 dari kita. yang penting menurut gua, kita jangan skeptis terhadap negara apapun. walaupun gak ada negara yang 100% semuanya lebih baik, tapi kan bnayak yang emang lebih baik dari banyak sisi. misalnya singapur lebih baik dari 10 sisi, indo lebih baik dari 2 sisi. nah ya tetep singapur jadi lebih baik dong… itu misalnya aja lho. nah mengenai mana yang lebih baik atau gak, itu adalah penilaian masing2 orang aja. tergantung sudut pandangnya. persepsinya. tinggal dibanding2 aja sendiri mana yang lebih baik bagi masing2 individu. cuma ya itu, jangan skeptis duluan. jangan nge-judge duluan.
dan yang penting walaupun tinggal di luar negeri, jangan lupa sama negara sendiri… itu aja. 🙂
yah udah gitu aja juga tanggapan dari gua… 🙂
thanks ya udah ngasih comment disini…
Ampuuuuunnn….postingnya puanjang sangaaat….hihi…tapi gw baca tuntas kok, tuntas! tas! tas!!
Sorry, gw skip komen-komen di atas ya… 🙂
gw cuma mau bilang, ini posting membuka mata gw, banyak hal gw dapat dari posting ini… thanks for sharing, Man…
Dan gw mau gak mau harus tersenyum ngebaca ini.
[Misalnya dengan ngeliat gua, orang-orang jadi mikir ooo ternyata orang Indonesia itu ganteng-ganteng ya…. Jadi bagus kan citranya?] hahaha…. 🙂
hahaha postingan ini emang komen2nya pada panjang2 banget ya na… 😀
setuju kan ama statement yang lu kutip itu? hehe 😛
Sebagai bangsa yang besar dan senantiasa dalam upayanya menjadikan pemain global yang dihargai oleh bangsa-bangsa lainnya, kontribusi baiks ecara individu pribadi anak bangsa di luar negeri atrau dalam lingkup kelompok hendaknya dipandang seyogyanya positif dan strategis..
Mereka adal;ah wakil Indonesia, yang berkiprah dalam lingkup dna kapabilitasnya masing-masing di bidang(keahliannya) masing-masing, kita adalah diplomat Indonesia, wakil keluarga, komunitas dan garuda merah Putih yang senantias amenjadi jembatan komunikasi, duta budaya dan nilai luhur bangsa dalam setiap interaksinya yang serta merta juga adalah pejuang (an army of one) yang secara sistematis hendaknya memudahkan dan membantu anak bangsa lainnya agar bisa mampu bersaing dan berdiri sejajar dengan bangsa lainnya..
Semua dikembalikan kepada masing-masing individu bagaimana mereka melihat diri mereka yang faktanya berada di luar negeri, akankan mereka menjadi pejuang atau malah sebaliknya bagi tanah tumpah darah mereka.. susah seneng hidup di negeri orang – sudah pasti masih ad ayang kurang bila dibanding nyaman dan indahnya negeri sendiri..
I’ve travelled so far and so much dibawah naungan lembaga internasional termasuk itu berada/berdinas di negara yang hancur porak-pranda karena perang terlepas dari negara2 enak (Eropa, AS) – only to find that there is nothing great about being Indonesian and feeling at home as I touched down Cengkareng airport.. nor I would trade to my sense of nationalism to anything else.
Adalah tanggung jawab bersama bagi kita semua expat Indonesia agar kembali bisa memulangkan harum nama bangsa dan kebanggan menjadi anak garuda merah putih, dimana saja, kapan saja, dengan kapasitas apa saja dalam setiap interaksimu dengan mereka diluar sana..
I know your that most of us, nationalism of being an Indonesian usually may be even higher as we are outside the country, despite the fact that there will always people of whom thinking otherwise.. I like this post and will continue to support our country in anyway possible. Hugs from us working the post-conflict area to establish peace here in West Africa!
setuju with all the words you said. 🙂
thanks ya buat komennya!
kalo soal panti jompo, bebek dah pernah bahas deh,..
buwat bebek panti jompo tuh sama sekali bukan hal jelek.
cuma napa siy orang indonesia selalu menganggap negatif kalo orang-orang sepuh di singapore kerja jadi ‘cleaner’ ?
menganggap itu pekerjaan hina?
menganggap kalo singaporean gag berperikemanusiaan dengan membiarkan orang-orang sepuh kerja?
justru dengan bekerja, mereka akan tetap sehat…
karena bekerja, mereka akan lebih merasa dihargai…
karena bekerja, mereka gag bosen di rumah….
karena kerja mereka gag cepet pikun….
pokoknya lebih banyak hal positifnya deh…..
jadi jangan pernah anggap itu hal yang buruk deh!
Nah iya betul tuh… Emang bagus kok dengan tetep beraktifitas sampe tua justru tambah sehat ya bek… Ya emang ada aja org yg skeptis dan memandang negatif…
hahaha , gw uda curiga dari awal kayanya lo ngebahas ebook si pandji ;))
gw ga mau bahas nasionalisme indo yah , cuma keluarga besar gw yang golongan2 tetua malah rasa nasionalismenya besar sekali sama china , dunno why . padahal tinggal disana aja engga , dianggep juga kaga , cuma koq nasionalisme membabibuta gitu , bingung gw ….
hahaha iya banyak ya orang2 tua yang begitu… gua juga gak ngerti kenapa… 😛
hualoooo….
hak,
niatnya baca tulisan postingan plus komennya semua
kagak jadi dah
tiba2 males
buanyakkkk
ahhaha 😀
cuman mau komen
saya ja yang tinggal di indonesia
terkadang pengen udah kewarganegaraan
bah, durhaka ya
hee tapi gak lah
saya juga suka Indonesia
bagaimanapun juga
sejelek2nya Indonesia
mau di bagaimanakan juga
ya, tetep Indonesia
tempat saya lahir dan besar
*ngomong gini setelah kemaren buku 5 cm nya donny dirghantoro udah habis saya baca
pada intinya saya setuju dah dengan tulisannya mas
soalnya sih
impian saya dari kecil
ya, tinggal di LN
ahahha 😀
tuh kan…….susahnya jadi indonesia
hak hak hak 😀
yak cukup
saya kebanyakan nulis
matur nuwun, tulisannya keren dah!
sukses!!!
yah intinya tinggal di luar negeri sih boleh2 aja.. yang penting jangan kayak kacang lupa pada kulitnya… 🙂 tetep gimana pun juga kita orang indonesia. ya gak? 😀
postingannya panjang, komennya juga panjang 🙂
Saya suka postingan ini.
Meskipun saya gak pernah tinggal di LN, sebenarnya rasa nasionalisme itu malah sering terlihat dari orang2 Indonesia yg tinggal di LN. Sepengetahuan saya sih begitu 🙂
Malah penyanyi Anggun selalu memperkenalkan diri sebagai orang Indonesia setiap kali dia muncul. Meskipun pada kenyataannya dia sekarang WNA karena merasa dipersulit pihak KBRI buat memperpanjang ijin tinggal di Prancis.
nah iya anggun itu salah satu contohnya ya… 😀
Waktu pertama kali baca si iya ya,
ni org nasionalis, melenceng dikit, bisa jadi fanatik, kaya teroris, bedanya dia fanatik sama negara…
Nunjukin kita hebat dgn cara menjelek2an negara lain kok kayanya rada cemen ya …, and trying too hard, too desperate…
not my kind of book hihi
nah iya itu…. nasionalis itu bagus, tapi jangan sampe jadi fanatik ya… fanatik apalagi yang berlebihan tentu gak bagus… 🙂
tapi bukunya gak tentang org tinggal di luar negeri doang kok go. itu cuma sebagian kecil nya. gua bahas itu doang karena menurut gua itu annoying. tapi the rest of the book sih cukup ok menurut gua. 😀
ckckck…
gak pegel ngetiknya loe?….hihihi…
kurang lebih sih gue setuju ama pendapat loe ya…
*Kecuali yang loe bilang kalo loe ganteng itu…hihihi…*
terutama nasionalisme bukan fanatisme…
Kadang2 orang emang suka punya kecenderungan untuk nge judge…kalo loe gini artinya loe gitu deh…
Kalo loe tinggal di Amrik berarti loe..bla..bla..bla…
Harus ditelaah lagi case per case nya sebelum nyimpulin sesuatu…gak bisa pukul rata juga…
hahaha gak lah gak pegel ngetik… udah terbiasa ngetik panjang2… 😛
iya bener, gak boleh ngejudge ya. tiap orang kan beda2. ada yang tinggal di luar negeri tapi nasionalis, ada juga yang gak. gitu juga yang tinggal di indo ya. 🙂
btw kenapa gak setuju tentang gantengnya? huahahahaa 😛
annoying statement haha…tapi bener pendapat u ko apalagi yg ttg demo dan jompo di singapore, selama ini orang indonesia selalu pikir demo is good and panti jompo is bad…padahal kan nggak juga…lagian emg bener kalo di SG pensiun masuk panti jompo ? kynya kagak dah
iya betul… jangan negative thinking ya… 😀
Yang bikin pegel sih bukan postingan elu, man.. tapi komen-komennya hahaha *lagian ngapain yak gw baca semuanya* 😛
Anyway, gw setuju bahwa nasionalisme gak melulu ditentukan tempat tinggalnya.
Jadi gatel pengen baca e-booknya hehe
hahahaha iya rajin amat lu kalo emang dibacain semua komennya secara komen nya pada panjang ya… 😀
baca gih ebook nya. ebook nya bukan cuma ngomongin tentang tinggal di luar negeri kok. itu cuma secuplik yang ada di ebooknya. yang lain nya cerita tentang si penulis dan nasionalismenya. menarik untuk dibaca kok. 🙂
Saya dulu pernah ngicipi ndapet beasiswa buat ngelmu di salahsatu perguruan tinggi di Australia, justru di sana saya pertama kali belajar gamelan. Padahal saya pernah tinggal di Yogyakarta untuk waktu yang lmayan lama. Paradox kan bang? Lam Knal
hahaha…ini mengingatkan kalo aku dulu juga waktu kuliah di salah satu universitas di U.S. pernah belajar gamelan. Di Indo aja nggak pernah berdiri dekat dengan gamelan, apalagi sentuh gamelan. Itu hari pernah sampai ikut2an gamelan concert di universitas beberapa kali loh. A beautiful memory I must say. I would love to go back and play gamelan again…miss it.
emang gamelan kurang diminati ya ama mahasiswa indo.
dulu pas gua pertama kali masuk kuliah di atmajaya, gua denger ada ukm gamelan. dan gua langsung pengen banget ikutan karena gua itu suka banget denger bunyi gamelan. tapi ternyata ukm itu udah ditutup karena gak ada peminatnya! gila gak…
jadi alat2 gamelan nya cuma dipake kalo pas ada wisuda aja. dan yang main ya alumni2 yang udah dari taun kapan tau. sayang ya…
betul sekali mbak olive, saya dulu jugak sempat beberapa kali keliling Aussie gretong hanya dengan ikutan maen gamelan. Dan sebenernya banyak orang amaze dengan gamelan, hanya mungkin karena di negeri sendiri, kita sering ndenger dan terlihat biasa, jadi kita sendiri malah ndak kagum sama gamelan.
jadi pengen lagi belajar gamelan.. hahaha.
hehe.. salam kenal juga… 🙂
.hehehe..postingan loe berbobot dan gw suka (gw baca nya dr sebelum makan siang sampe jam 2.30 sore termasuk komen2 yg masuk hehehe)
yup, gw suka prihatin dengan org2 yg berpikiran ” seperti katak dalam tempurung” dan itu banyak loh man…
SIL gw uda belasan tahun d USA, dan dia uda ogah muleh ke indo krn dia bilang dia uda ada kehidupan baru yang lebih baik untuk dia dan keluarganya (khususnya anaknya) even banyak yg harus dikorbankan (salah satunya yg terberat jauh dari sanak saudara). Tiap tahun anaknya di kirim ke indo buat belajar bahasa indo dan mengenal budaya indo, apakah itu bukan termasuk nasionalis? anaknya memang lahir dan besar di sana, tapi oleh SIL diajarkan adat istiadat Indonesia yang sangat terkenal, dan bukan 100% bule culture. Balik ke USA, bawa oleh2 buatan tangan indo yg sangat disukai bule2 dan akhirnya bisa menjadi dagangan yang laris manis. HANDMADE di indo mah kurang dihargai man,,,,
Buat org2 yg milih menetap overseas, gw yakin ada plus minus nya dan ada suka dan duka….dan gw salut org indo yg merantau bisa bertahan. Dan gw yakin kl mereka malah lebih nasionalis dibandingkan org indo yg tinggal di indo (yg skr banyak bangeth anak2 nya di les/kursusin bhs indo krn ga bisa bhs indo….”haizzz” tp tetep!! gw menghargai keinginan mrk)
intinya balik lg ke masing2 invidual. Jangan lah suka menghakimi satu sama lainnya, ambil positif dari keliling kita maupun yang diluar. Hidup rukun lebih nikmat..yah kan…!! (berharap2 sampai kapan..hiks )
hahaha postingan kali ini komennya pada panjang2 ya may… 😀
wah iya SIL lu bagus tuh… jadi anaknya walaupun lahir di US tetep tau tentang indo ya.
disini ya kalo untuk komunitas jepang dan taiwan, mereka ada sekolah di hari sabtu gitu yang ngajarin bahasa, budaya, dan sejarah mereka. jadi anak2 jepang/taiwan biasanya hari sabtu ikut sekolahnya. sayangnya gak ada sekolah seperti itu untuk orang indo. kayaknya emang orang indo masih kurang erat hubungannya dibanding orang2 jepang/taiwan.
iya intinya emang gitu. tinggal dimanapun ya sama lah, pasti ada plus ada minus ya. dan itu tidak ada hubungannya dengan nasionalisme.
man bagus juga tuh kl ada skul indo buat anak2 indo…coba deh loe ama Esther jadi pelopor na…gw dukung deh
hmmm bener juga ya may. hahaha.
Setuju sama postingan Arman.
Sejak tinggal di LN yg ga boleh buang sampah sembarangan, begitu gw plg jkt, mau buang sampah sembarangan ada perasaaan ga enak ati.
Trus biarpun suami gw udah jadi citizen sini, tapi waktu itu kita ke HK, pas ditanya sama tukang taxi kita turis darimana, suami gw refleks jawabnya from Indonesia. hahahha.
Soal makanan indo mah emang dimanapun pasti jadi konsumsi buat org indo dan bukan indo. Kalo gw plg indo suka bawain oleh2 makanan buat org kantor, kayak kue lapis, bolu meranti, kacang garuda, dll. Dan mereka pada blg ternyata makanan indo enak yah.
Jadi menurut gw kalopun belum bisa berbuat hal besar untuk negara indonesia (kyk kasih beasiswa dll) mending dimulai dari diri sendiri dan org2 sekitar dulu deh.
MERDEKA !!! saya cintah passport hijau….
hahaha sama tuh, kalo kita lagi jalan2 ke kota lain, kalo orang tanya dari mana kan harusnya kita jawab dari LA, tapi gua selalu jawabnya dari Indo. yang ada org nya jadi mikir gua bener2 lagi jalan2 dari indo. hahahaha.
You’re right, it’s long, but I enjoy reading it and agree with you. This whole idea of nationalism in the book reminds me of the patriotism message here in the U.S., particularly during the Baby Bush’s era, which led to the building of Department of Homeland Security. The idea of patriotism in the U.S. has also led to the questioning of loyalty with the immigrant communities throughout the U.S. The most recent event that came out of this questioning is with the Arizona law allowing the police to be able to request identity card of anyone suspected as illegal immigrant.
Anyway, I’m an Indonesian living in the U.S., will always consider my country as my home. My loyalty resides mainly there, but I have connection to my second home here too. It doesn’t lessen my sense of pride, loyalty, an belongingness in my country Indonesia. For my loyalty to be questioned because I happen to live in the U.S., following a series of events that made me decided to stay here, is actually hurtful, if not insulting. In psychology, this mentality is also known as the “in-group” and “out-group” thing. Kids do this a lot if you pay attention to the way they play. Teenagers do this a lot if you ever observe how teens act in a school cafetaria during lunch time. By keeping who people would like to keep in their group is to serve a purpose, which I think is to maintain some kind of control and power. The more you open yourself, the more likely you may feel that you’re losing control, which is why kids, in their development process trying to build self-esteem, do this a lot. It’s almost like part of development.
Adults, on the other hand, are expected to grow out of this mentality, at least I hope so. We need to learn to open up, accept new things, welcome changes, in order to grow mentally healthy. Otherwise, we stay in the same close-minded mentality and worldview, refusing to embrace changes that the world is constantly giving us, day in and day out.
Well, anyway, that’s my piece. Something is telling me that the author of the book will do fine hanging out with the Tea Partiers.
iya betul… emang kesannya childish jadinya ya…
thanks buat comment nya… gua setuju 100%.
malah fenomena sekarang, orang yang tinggal di negeri sendiri, nasionalisme udah pudar.gaya hidup barat udah banyak ditiru.
selalu ada ruang untuk berkarya buat negara mas, meskipun di negeri orang.
iya makanya itu… gak tergantung tinggal dimana ya… tapi tergantung orang nya… 🙂
kayaknya nie penulis sangat cinta indonesia sampai dia lupa apa arti sebenarnya nasionalisme dan yang saya tangkap di kutipan anda ini dia masih sangat muda, itu bisa jadi karena anak muda biasanya berjiwa labil karena masih mempunyai energi yang sangat besar sehingga dia itu menjadi fanatik.., dan ini agak melenceng dengan apa arti dari nasionalisme.. Dan kalau di lihat dari karakter sepertinya dia harus belajar dari dua sisi yang berbeda. Tidak hanya terfokus untuk cinta negeri ini tapi dampak positif berhubungan dengan negara lain…
Memang betul kalau orang Indonesia yang sudah belajar di luar negeri itu enggan untuk pulang.. yang harus kita lihat itu apa penyebab orang-orang tersebut enggan untuk pulang…?mungkin di sana pendidikannya bagus.. nah disini kita harus ambil hikmahnya untuk meningkatkan pendidikan DI negeri kita ini…
maaf nie panjang hanya mengemukakan pendapat trims
yah yang penting kita masing2 harus berusaha untuk tetep jadi nasionalis dimanapun kita tinggal… 🙂
thanks buat komen nya! 😀
top markotop nih postingan…asli banget panjangnya….
pokoknya hingga saat ini kenapa banyak orang indonesia memilih hidup di luar negeri….alasan utamanya karena pemerintah Indonesia sendiri yang kurang menghargai warga negaranya. Ga usah diambil contoh karena udh banyak orang pinter Indonesia mengabdi di luar negeri dan bekerja disana. Alasan yang paling sering diutarakan yah… belum ada )kurang banget kali yah…)good political will dari pemerintah….
last but not least….Right or Wrong I love this country
pissss
iya emang gak dipungkiri ya orang kebanyakan pindah keluar negeri untuk mencari penghidupan yang lebih baik…
tapi ya pasti gak akan lupa ama indo dong… 🙂
gila, nih postingan panjang banget.
walaupun tinggal di luar negeri, mas masih tetap cinta kan sama indonesia. masih kangen pulang ngak
tentu dong… 😀
Wow, topiknya ngena bgt dah.
Hehehe, kadang nasionalisme itu diartikan terlalu sempit oleh orang yg menganggap dirinya nasionalis. Well, itu hak mereka. Lagipula jawaban bung Arman udah mewakili suara gue. Jadi pribadi yg baikpun menurut gue juga bisa dijadikan wujud nasionalis. Lo kerja dgn benar pun ujung-ujungnya bakal ngasih efek kalo orang Indo itu pada rajin, cekatan dan bisa diandalkan.
Soal kenapa keluar negri, kalo kita mau jujur, negara kita ga mampu memperbaiki nasib semua orang. Kita bisa lihat PRT kita yg diekspor kesana. Sekerja-kerja keras-kerasnya mereka di tanah air, gue pesimis mereka bisa menghasilkan sebanyak yg mereka dapat di luar negri. Apakah mereka salah tidak nasionalis?? Dengan bekerja di luar, mereka mampu nyekolahin anak-anaknya di kampung, yg ujung-ujungnya anaknya jadi pinter, engga jadi kriminal, syukur-syukur taraf kehidupannya kelak naik, bisa bayar pajak ke negara bukan jadi fakir miskin yg musti disubsidi negara.
Dan dengan keluar negri, kita bisa lihat ada apa di luar sana, sperti apa persaingannya, bagaimana budayanya, teknologi apa yg dipakainya, sistem sperti apa yg dianut masyarakatnya, yg ujung-ujungnya mudah-mudahan bisa diambil yg baiknya trus dicoba diimplementasikan di Indo. Ingat ama pepatah, “Jangan jadi katak dalam tempurung”.
Dan soal dia ga mau balik lg ke Indo setelah sekian lama menetap di luar, itupun hak mereka. Mereka punya hak untuk mendapatkan kehidupan yg lebih baik. Mungkin alasan kesehatan, faktor pendidikan, dll. Tapi yah, gue yakin jauh di dalam hati mereka tetap terukir Indonesia. Mungkin caranya aja yg beda..
Soal di Singapore ttg panti jompo?? Wah, kayanya ga gitu juga. Mereka kakek nenek kerja, itu karna biaya hidup di sana tinggi. Sedangkan Singaporean itu, saking sibuknya, ga demen punya anak. Jadi pas mereka jompo, ga ada anak yg ngasuh mereka. Beda ama Indonesia yg angka kelahirannya tinggi. Budaya kita, “Udahlah, mak-bapak ga usah kerja lagi. Dirumah aja bantuin ngurusin cucu”. Tapi di mereka, kepaksa euy.
Soal di Singapore ttg ga ada demo. Bisa dibilang negara ini otoriter. Jadi yg namanya demo emang ga ada. Perdana mentri bilang “A”, semua ngikut “A”. Beda dengan kita yg punya asas demokrasi. Demokrasi sih bagus, tapi entah kenapa kalo di Indo, kok berasa demokrasi kebablasan. Demokrasi yg sebenarnya hasil setiran pihak-pihak lain, yg justru berbahaya menurut gue. Coba pikir, begitu banyak suara-suara yg ingin disampaikan. Yg pihak satu ingin ke utara, pihak dua ingin ke selatan, pihak tiga ingin ke barat, pihak empat ingin ke timur. Semuanya saling bersuara. Semuanya menganggap dirinya benar. Ujung-ujungnya, ga kemana-mana jadinya. Diam ditempat. Kalo di negara otoriter, bergeraknya gampang, ngaturnya gampang, karna gampang tadi, mereka jadi cepat bergerak. Singapore itu kecil, jadi ngaturnya gampang, lah Indo, guede, ngaturnya susah, tambah lg dengan demokrasinya, yaaaa…simalakama jadinya.
Apakah kita jadi otoriter aja?? Kalo itu gue ga kapabilitas untuk jawab. Tapi kalo gue boleh jujur, gue rindu dengan masa kejayaan kita di jaman Soeharto. Tapi gue percaya, it always gets worse before it gets better. Amin
Ah sudahlah, kalo bicara ini ga ada habisnya. Yg penting buat gue, jadilah pribadi yg baik.
nah iya betul tuh… malah lebih baik ya kayak tkw itu pada pindah ke luar negeri, jatohnya bisa biayain anak2nya sekolah dan gak jadi kriminal.
gua setuju banget dah ama komen lu… 🙂
emang semuanya harus dimulai dari diri sendiri2 ya… 😀
Makanan indo tidak terlupakan dimana2 man 🙂
Gw baca majalah di pesawat domestik indo, ada ilmuwan indo yang sekarang netep di Calgary, dia udah convert dan jadi professor di univ sana. Berarti orang indo ga kalah hebat bisa sampe jadi prof di LN, tul kan…
Gw juga kemarin nabung2 disini, buat belanja2 dan nyalon di indo…wkwkwkwk…
nah iya jatoh2nya orang indo yang tinggal di luar negeri juga membelanjakan uangnya di indonesia.. jadi pemasukan juga buat indo kan ya… 😀
ajiib, panjang bener tulisan ma komennya…nasionalisme adalah keepakatan utk membangun kerjasama 😀
iya makanya gua kasih warning dulu kalo tulisannya panjang. hehehe.
Busyeet …. panjang bener postingnya. Sampe megap-megap deh bacanya 😀
Menurutku, segala hal itu bisa memiliki dua sisi : baik dan buruk. Apakah nantinya yang dominan sisi baiknya, atau buruknya, atau seimbang antara baik dan buruk, tergantung dari kepribadian orangnya.
Tinggal di luar negri bagus kalau itu membawa nama baik bangsa, dan memberi manfaat bagi saudara-saudara yang tinggal di tanah air. Tapi jadi kurang baik kalau kemudian melupakan segala yang ada di tanah air, apalagi malah menjelek-njelekkan bangsa sendiri …
haha iya ya panjang ya postingannya… 😛
betul sekali bu. semuanya ada baik buruk. mau tinggal dimana pun pasti ada baik buruknya ya… tinggal kitanya harus bisa menyaring… 🙂
Huaaaaa saya salut sekali dengan tulisan Mas Arman ini. Butuh waktu 15 menit buat saya untuk membacanya. 😀
Mari kita hargai pendapat dan pandangan si penulis itu. Mungkin dia hanya mendengar dari orang lain, ato bahkan dia pernah mengalami hal gak enak di luar negeri secara langsung.
Saya setuju dengan pendapat-pendapat Mas Arman. Kadang rasanya kalo udah lama tinggal di luar negeri, malah kangen ama benda2 dari tanah air.
Mungkin di singapur, gak boleh demo pas jamannya Lee Kwan Yew. Udah jadul…. 😆
iya disayangkan emang dia nulis begitu di ebook nya. padahal tulisan yang lainnya cukup bagus menurut gua.
wah hampir 3 hari baca postingan ma komeng2nya…hehe
saya jg ga sepakat nih kalo nasionalisme itu dikaitkan dengan harus menetap di Indonesia. Justru dengan kita menyebar ke seluruh penjuru dunia akan lebih mengharumkan dan memperbaiki citra Indonesia, dalam segala aspek tentunya, ekonomi, sosial, pariwisata mpe image negara kita yang penuh teror bom dan gempa.
Justru orang2 yang tinggal di LN sangat berjasa dalam hal meluruskan pandangan masyarakat dunia yang miring tentang Indo, memperkenalkan budaya dan semua yang bagus tentang kita.
Btw banyak yang ga tau jg lho kalo Bali itu punya Indo, banyak orang bilang disini kalo Bali itu punya thailand, or bahkan Korea. Nah..lho siapa juga yang mau lurusin kl bukan mereka2 itu.
Coz setiap WNI yang tinggal di LN itu tetaplah representasi dari Indonesia.
MERDEKAAAAAAA!!!
huahaha jadi beneran 3 hari ya karena komennya panjang2 ya.. hahaha 😛
nah iya setuju tuh…. justru kita perlu menyebar ke penjuru dunia ya… biar indo lebih terkenal ya… dan ya moga2 terkenalnya untuk hal2 yang positif… 🙂
MERDEKAAAA!!!
gw donk, masih ada keinginan untuk pensiun di endonesah… hehehe…
eh jangan salah lho man.. di sini bule-bulenya pada demen indomie dan kecap manis ABC… produk-produk itu udah masuk supermarket umum… gag cuman di asian grocery doank… eh kacang garuda juga ada loh…
kalow soal dibilang gag nasionalis, gw jadi inget masa2 pertama dulu hijrah ke ostraliyah… padaal gw dan suami cuman mo ngejar kehidupan yang lebibh baekajah, emangnya salah? padaal harus diakuin, buat kita, tinggal di sini itu termasuk susah karna kita jadi minoritas..
sama mbak. saya juga masih pengen pensiun di indonesia… 🙂
wah bule2 suka juga ya indomie ama kecap ABC bagus tuh ya…. 🙂 apa bule2 juga makan tolak angin kalo masuk angin ya? hehe…
nah iya, ya gak ada salahnya lah orang mau pindah ke negara lain ya. dan itu gak membuat kita jadi gak nasionalis.. ya gak… 🙂
saya setuju dengan mas arman, nasionalisme itu ga harus berarti tinggal di indonesia.
saya menganggap bahwa justru pemerintah saat ini yang ga nasionalis, mengapa? bukankah kemelaratan dan keterpurukan yang terjadi di indonesia saat ini akibat ketidak-mampuan mereka me-manage bangsa ini untuk maju. okelah kalo soal kemampuan masih bisa dimaklumi, lalu bagaimana dengan ulah mereka yang korupsi? rakyat jadi sengsara bahkan kehilangan asa karena situasi yang dibuat amburadul oleh petinggi-petinggi bangsa.
waduh, nih kalo nurutin nafsu buat komen tentang hal ini bisa jadi panjang. asli, saya suka topiknya. terimakasih sudah berbagi 😀
nah iya tuh…
yah nasionalisme emang balik lagi ke diri masing2. terlepas mau tinggal dimana ya…
harus dimulai dari introspeksi diri dan memperbaiki diri sendiri dulu…
Gw setuju banget man sama yang lu bilang, kalo ga tinggal di Indo belon tentu ga nasionalis..dan yang tinggal di indo belon tentu nasionalis!
Gw, ga pernah nyadar gw loveee indo so much sampe setelah gw tinggal di sg sini..dan gw jd gw nasionalis berlebihan kalo pas orang singapore hina-hina orang indo dan Indonesianya..:P
Dan yang soal Indomie, tek sosro en kecap bango…gw juga beli disini walo harganya nasty!! mahal aje..teh sosro $2.50 ..tapi tetep gw beli..karena..aku cinta produk dalem negeri. ^^
iyaaaa… aku cinta indonesia ya ric.. 🙂
Pikiran kita harus kita buka terhadap hal2 baru yang sekiranya dapat menambah wawasan kita terhadap apa yang namanya nasionalisme. Kita tak boleh terkungkung oleh pemikiran sempit yang nantinya berujung pada ketidakpercayaan pada negeri ini
nah iya…. setuju banget… jangan sampe jadi kayak katak dalam tempurung ya… 😀
saya baca sampe habis, *menges juga. 😦
tapi sangat bermanfaat buat saya om.
tenks berat tentang informasi yang belum saya ketahui sebelumnya. hihi..
tapi masih ada yang belum kalian tau ya,
kalo sekolah gratis di indonesia, bukannya malah buat hidup tambah makmur dan sentosa, khususnya ditempat kami ni. dimana guru-guru tidak diperbolehkan menjual buku pelajaran lagi, jadi murid nggak boleh beli buku dari guru. cukup buku yang ada di perpustakaan, dan kalo mau.. ya beli aja sendiri di toko. *kira-kira seperti itu.
weleh, gimana mau pinter. buku yang diperpus juga nggak update. ditambah, kalo mau beli buku sendiri2 kan malah nggak terarah. trus juga kesian sama para guru-guru yang penghasilannya tok dari gaji. gaji guru gitu lho, seberapa besar coba. dan katanya, koperasi itu sudah nggak ada lagi. 😀
yah emang masalah pendidikan dan kemiskinan masih terus jadi momok untuk negara indonesia ya…
moga2 bisa segera ada perbaikan…
Menurut gua sih nasionalisme sebaiknya nilai masing2, ada yang kelihatannya nasionalis, tinggalnya di Indonesia terus, rajin mengutip butir2 P4 tp korupsi gimana tuh? Sama kayak keimanan, itu juga yang nilai masing2 aja, kalau seseorang sudah merasa lebih beriman, lebih nasionalis dari kelompok lainnya bs kacau dunia:P
Contohnya lagi Anggun, biar di Perancis sekalipun, dia kan membawa harum nama Indonesia toh? Intinya setuju ama yang elo bahas:)
iya dan gua setuju ama yang lu bilang.. 🙂
mang arman, gue sih ngeliatnya si penulis itu justru gak nasionalis sama sekali.
gue jadi gak ngerti, dia memandang nasionalisme itu sebagai apa? sebagai cinta negara indonesia? sebagai memandang rendah negara lain? atau sebagai teriak2 menyuarakan apa2 yang sudah dia perbuat?
kalau dia adalah orang yang nasionalis, salah satu cara menunjukkannya adalah dengan dia akan selalu menggunakan bahasa indonesia di manapun dan untuk apapun. kalau dia adalah orang yang nasionalis, kenapa yayasannya bernama C3 (Community For Children With Cancer)? 😉
have a nice day! 🙂
gua gak nge-judge lah si penulis nya nasionalis atau gak… karena ya nasionalisme itu dari diri masing2 kan… tinggal masing2 ngeliat ke dirinya sendiri2 aja kali ya… 😀
have a nice day to you too! 🙂
Waduh Arman, bagus banget nih artikel elu *thumbs up* Cm emang panjang bener hahahaha..gw nyicil bacanya, baru sampe yg “Dengan pindah ke negara lain, akan membuka lahan kerja untuk orang lain di Indonesia”
Sophie mau mimi dulu tar gw susul deh ahahahahaa..
Intinya tu penulis cm liat problemnya dr kacamata dia sendiri, gak di timang2 dulu, gak di liat dr sisi yg laen..pokoke dia punya satu prinsip..payah jg kl begitu ya.
Eh iya deh, makin keras ni si sophie nangisnya wkwkwkwkwkwkkkk.. GBU!!!
aduh kasian sophie ditinggalin mommy nya baca blog. hahaha.
GBU too! 🙂
Hallo Arman! Gila postingannya seru banget! Dan thanks banget atas tulisannya lho.
Hm..kalau menurut aku lho yach,,walaupun kita tinggal di luar negeri bukan berarti kita tidak cinta Indonesia kok. Buktinya aku 😀 Aku toe berusaha memperkenalkan budaya Indonesia baik itu ke keluarga suamiku ataupun tempat di mana kita kerja.
Dan juga kalau kita tinggal serta bekerja di LN bukan berarti bahwa kita tidak cinta Indonesia. Tidak bisa dipungkuri bahwa peluang kerja di LN (untuk saat ini) lebih baik daripada di Indonesia bukan? Lagipula kalau statusnya kayak aku?? Sulit untuk sementara ini tinggal di Indonesia,. karena suamiku khan gawe di sini.
Yach,, yang penting,, kita tetap ingat Indonesia sbg tanah air kita.
Hidup Indonesia! 😀
iya… yang penting emang walaupun kita tinggal di luar negeri, kita tetep cinta ama indonesia ya.. 🙂
setuju beberapa point, jadi inget mantan presiden Habiebie, bahwa beliau tinggal di Jerman tidak lantas melepaskan nasionalismenya, jika beliau mau, sudah sejak pertama dijerman beliau akan mengganti kewarganegaraannya, toh, ternyata tidak, beliau tetap bangga menjadi bangsa Indonesia yang terus memukai jerman atas hasil karyanya…
nah iya betul…
tinggal di jerman untuk menggali ilmunya, trus diterapkan di indo ya… 🙂
PS: baca nya ngos2an nih hehehe, sambil bolak balik :).
Asyik ya kalau sekolah, imunisasi free. betul juga tuh yang tinggal di indo juga banyak kok yang tidak nasionalis, kalau aku??? hmmm apa ya bingung ah
Yah yg penting harus dimulai dari diri masing2 lah. Bentuknya kayak apa, ya bisa macem2 sesuai kondisi dan kemampuan aja. Ya gak… 🙂
Aku sering tanya temen2 yg tinggal di sini, apa mereka ada rencana plg Indo? Jawabannya selalu ngga. Kenapa?
1. Krn di sini, urusan kesehatan; gratis (kl ke public hospital). Imunisasi anak gratis. Punya anak, dpt tunjangan. Di Indo? Mana ada gratis2 kaya gitu. Harusnya pemerintah Indo lebih pinter ngatur pemasukan pajak, jadi bisa dikasih balik ke masyarakat.
2. Sekolah (public school) gratis
Di Indo? Aku denger masuk TK aja bisa puluhan juta. Duh..
3. Environment-nya masih bagus, udaranya bersih. Mo main di park, masih aman
Di Indo? polusi begitu… pas ujan gede, banjir. Mo main di luar? Mana bisa, udara kotor, susah jg kan.
Tapi biarpun gitu, setiap kali bisa liburan, pasti kita liburan ke Indo. Aku malah jarang bgt beli baju,etc, di sini. Uangnya dikumpulin, pas pulang Indo, langsung borong baju, dll. Nah pemasukannya masuk ke mana? Ke org Indo kan? 🙂
Di sini jg makanan, etc, bumbu masak, etc; pasti beli yg diimport dr Indo. Biarpun lebih mahal, tapi aku tetep cinta product Indonesia. keripik, aku pasti makan Kusuka. Enak.. haha.. minum teh? teh botol ato teh kotak. Mentega? blue band. Coklat? meses ceres. Even mie instant? Indomie. hahaha.. sering bgt aku liat org2 bule beli sedus Indomie, menurut mereka indomie itu mie instant terenak sedunia.
Jadi emang nasionalisme ga cuma terbentuk ama org2 yg tgl di indo, justru yg tinggal di luar nasionalisme-nya lebih tinggi. Seperti yg kamu blg, kt harus jd duta indo di manapun kita tgl. Berusaha sekuat tenaga supaya nama Indonesia harum melalui kita. Di tempat kerja, kerja sebaik2nya, jadi boss2 tau org Indo itu rajin & pekerja keras. ‘tul ga? hehe
nah iya tuh… walaupun tinggal di luar negeri tapi kan tetep akhirnya beli2 barang indo. malah mungkin lebih banyak dari yang tinggal di indo. hahaha. jadi pemasukan kan buat indo… 😀
iya betul… nama indo jadi lebih terkenal karena orang2 yang tinggal di luar indo ya… 🙂
Ya gw akui emg panjang postingan lu ini sampe2 gw semalam baca sampe gak kuat akhirnya memutuskan untuk tidur dulu dan di lanjutin pagi ini hahahahahaha
Memang bener lu kalo kita tinggal jauh dari negara sendiri otomatis kita jadi kangen, jadinya malah nyari2 siaran tipi indo, berita2 indo, kalo kek gw mana ada nonton tipi indo, berita indo apa aja gw ga tau hahahaha gw tiap hari malah nontonnya tipi taiwan wakakkakakaa
nah iya kan panjang kan… tapi beberapa orang bilang katanya gak panjang… hahaha… 😛
iya makanya tuh, malah kalo tinggal di luar negeri jadi bisa lebih nasionalis ya… 😀
Wah Man, kekeke gw baca blog elo, jadi merasa bersalah 🙂
Gw ga ada nasionalisme sama sekali, gw sih dulu sebelon ada anak, gw sering pulang, anyhow, I don’t feel like at home di indo, sampe nyokap gw bilang, elo kok kaya kacang lupa ama kulit, elo lahir n grew up in indo 😛
Gw untuk pulang indo liburan sih mau aja tapi kekuatiran2 bawa anak kecil buat traveling, lebih gede dibanding hasrat pulang.
Tapi begini2, gw ngomong ama anak gw bhs indo lho, soalnya gw mikir, anak gw lahir dari gw, so she must learn her mother’s tongue, so sekrg gw bangga bgt anak gw bisa lebih dari 1 bahasa.
And gw kadang geli aja denger ibu2 di indo, yg ngomong ama anaknya kaga pake bahasa indo, tapi bhs inggris dll.
Or banyak temen gw yg di sini, yg ga ngenalin bhs indo ke anaknya (alasannya takut anaknya bingung), lain ceritanya kalo kawin ama org yg beda bangsa kali ya—soalnya gw ga ada pengalaman ttg ini.
hahaha. iya lho.. jangan kayak kacang lupa pada kulit ya… 😀
iya lah, anak kudu diajarin ngomong indo. dan mereka juga harus tau kalo asal usul ortunya dari indo… ya kan… 😀
SETUJU!! emang bener man nasionalisme tuh ga cuma buat orang2 yang tinggal di indo, malah gue bilang dengan tinggal jauh dari indo sifat nasionalisme kita jadi lebi keluar dibanding tinggal di Indo nya sendiri (ya itu sih yang gue rasain yah).
Tapi emang kok, banyak yah orang2 yang pada pindah ke amrik dengan tujuan mreka kumpulin duit sebanyak2nya supaya nanti pas mreka uda tua, mreka bisa pulang ke indo nikmatin masa pensiun mereka. dan pulang ke indo ya bawa duit tabungan slama mereka kerja di amrik. Jadi pas di indo mreka tinggal “bagi2 duit” deh dengan bangun rumah lah, buka usaha lah. Coba kalo ga kerja di amrik, mana bisa kayak gitu, iya ga.
Trus, gue bilang juga kalo soal orang2 tua dan rumah jompo. Nih, kalo kerja di singapore tuh, tiap bulan gaji kita dipotong 20% untuk bayar CPF, nah CPF ini nih kayak tabungan kita untuk hari tua. Selaen dari gaji kita, perusahaan tempat kita kerja juga harus bayar 15% (kalo ga salah, lupa gue) ke CPF kita ini. Dan kita baru boleh mencairkan rekening kita di CPF ini waktu kita berumur 65 taon. Nah, coba tuh di indo mana ada kayak gitu?? Di spore pemerintahnya uda planning-in supaya rakyatnya pas uda tua tuh ada duit, jadi terjamin idupnya.
Kalo soal rumah jompo sih, kayaknya engga ada paksaan “dijebloskan” di rumah jompo yah. Karena sering kok gue liat itu kakek2 ama nenek2 pada tinggal di apt sendirian. Ya emang ada beberapa yang anak2nya lebi milih menempatkan orang tua mereka di rumah jompo, karena dengan alasan lebi terawat, yang kayak lu bilang man, kalo sakit uda ada yang urusin, mo makan tinggal makan, ga usa pusing masaknya, nyuci2 piringnya. Trus mreka pun jadi punya temen yang seumuran kan. Tiap weekend anak2nya pada jenguk.
Kalo orangtua2 yang ga pernah di jengukin anaknya (kesannya dibuang di rumah jompo), itu sih ga cuma di spore yah, di indo pun banyak juga anak2 yang ga peduliin ortu mereka.
Dan emang bener man, jarang banget orang2 yang tau Indonesia tuh dimana. Kadang yah gue tuh suka ampe cape nge jelasin indonesia di mana, ga cuma orang amerika doang loh yang ga gitu tau indonesia dimana. Mereka lebi kenal Bali, dan banyak yang nyangka Indonesia tuh di dalem Bali (jadi mreka nganggepnya Bali tuh kayak negara dan indonesia tuh kota di dalem bali), mateng kan tuhh!
Dan sekalinya mreka tau Indonesia, mreka langsung taunya pas masa2 kerusuhan Mei 98 plus negara teroris, dan itu akibat siapa coba? Ya akibat orang2 indonesia yang berdomisili di Indonesia sendiri yang ampe bikin nama Indo jadi jelek. Nah orang2 indo yang pada tinggal di LN lah yang suka menetralisirkan hal itu, dengan bilang, ga smua orang indo jelek, Indo tuh ada bagusnya kok.
Jadi gue mah stuju man, Nasionalisme itu bukanlah Fanatisme. Sikap nasionalisme ga hanya bisa ditunjukkan dengan kita tinggal di dalem indo aja!
Hueheheh maap yakkk jadi panjang gue :).
iya setuju ama semua komen lu…
nasionalisme itu emang bisa dimana aja. bukan berarti harus tinggal di indo. sebaliknya, tinggal di indo pun gak menjamin orang2 nya pada nasionalis. ya gak…
nasionalisme emang perlu… yang penting jangan sampe jadi fanatisme… 😀
Hmmm gw kl disuruh balik indo for good ga mao sih Man… heuhehehe. Tp ga berarti gw ga cinta indo. Krn ya kdg kita udah have our new life in other country. Pny suami dan anak citizens sini. Kl balik indo? Anak ma laki gw mana mao.. apalagi laki gw ya ga sih? Dan career-wise jg susah. Org pas sodara2 gw tau gw mo culinary school pd blg “mo jd tukang tektek lu di indo?” HAHAHAHA.
Gw yakin si penulis pasti pernah spend some certain amount of time di luar negeri, buktinya nginggris2 mulu 😀 Sabar ye Man jgn sensi2…. huahahaha. Nasionalisme ga bisa dinilai lewat where we’re located geographically. Lah kl org yg tinggal di indo but don’t do anything to better themselves/their country? Kan sama aja boong. Microsoft disini aja setau gw banyak loh org Indo yg kerja disana. Apa ga bikin bangga, org indo bisa kerja di Microsoft? Temen2 gw yg org sini jg ada bbrp yg ga tau Indo itu dimana. Sampe kl mrk nanya gw drmn gw jwb Indonesia, pasti dibilang “is that somewhere in China? Cos you look Chinese to me”. Mungkin aja ga sih, mrk ga tau, krn kebykan org Indo disini gaulnya ama sesama Indo? *loh gw jd ngelantur*
iya intinya yang mau gua bilang, nasionalisme itu gak masalah mau tinggal dimana. dimana pun orang tinggal bisa aja orang itu jadi nasionalis atau gak. yang tinggal di indonesia belum tentu nasionalis, yang tinggal di luar indonesia belum tentu gak nasionalis. 🙂
Oiya Man gw mo nambahin hahaha (elu ah kl posting slalu seru2 gw jd gatel pgn comment mulu). Wkt laki gw ga dpt2 kerjaan gitu, pd suruh gw balik indo. Pas gw blg gw ga mao (ya ga mao lah misah dr anak suami gile aja), pd blg gini ke gw “lu mentingin greencard bgt sih!?!? Ga cinta indo lu”. Gw marah loh.. ni org2 ga mikir kali ya gw udah ada “new life” disini. Mana ada org yg mo misah dr anak suami???? Tp ada jg org indonesia yg membikin org non-indo mikir kl di Indo bahaya banget. Soalnya tmn gw bisa loh dpt asylum taon 2008, pake boong kl tinggal di indo bahaya. 😀 Gmana org ga mikir yg nggak2 ya?
nah iya orang suka mikir kalo kita tinggal di luar tuh gak cinta indo lagi. padahal itu kan pemikiran yang salah…
tapi buat yang menyalahgunakan kondisi trus jadi minta asylum itu, nah yang begini2 ini yang perlu diragukan nasionalis nya. kok jadi malah ngejelek2in indo, demi kepentingan pribadi ya. hahaha. 😛
bedeehhhh…..gua belom baca sih,ngeliatnya aja udah pengen komen,kagak tahan,panjang beneeerrrr…bentar ya aku baca dulu,hahahaha…..
hahaha iya panjang emang… 🙂
suabaaar.. suabaarr Maaan… hehehe…
emang bener nasionalisme gak bisa diukur dengan tinggal di indonesia atau luar negeri. apakah para pejabat yang korupsi itu nasionalis ? bukankah itu cuma mentingin diri sendiri ya ? lagian orang tinggal di luar negeri juga gak ongkang2 kaki enak2an doang. gimana bisa survive di luar negeri juga syusyah…
trus trus, orang2 indonesia di sini juga pada mempromosikan indonesia kayak kata elu. contohnya ada ada pasar senggol. ngundang orang2 lokal juga. indonesia ternyata emang gak sengetop yang kita bayangkan.. hehehe… blom lagi gimana coba kalo ketemu orang lokal trus pas tauk kita dari indonesia, pertanyaan mereka adalah gimana tuh teroris ? pokoknya nanya2in yang jelek2 tentang indonesia. kita kan sebagai orang indonesia harus bisa jawab dengan diplomatis, gak ngejelek2in indonesia, tapi malah mengangkat nama indonesia. soalnya gue beberapa kali tuh gitu. ke dokter beda2, pertanyaannya tentang teroris, agama, dll. dulu waktu di aussie pertanyaannya mengenai kerusuhan taun 98. gak gampang kan tiba2 dihadapkan dengan pertanyaan2 seperti itu.
btw, lu bayar gc “cuma” ratusan dollar ? sponsor keluarga ?
hehe sabar kok gua lis… 😀
nah iya.. malah kita yang tinggal di luar negeri mesti sering2 menghadapi pertanyaan2 kayak begitu dan harus bisa ngasih tau kalo indo itu baik2 aja… kalo tinggal di indo kan pasti jarang berada dalam kondisi begitu ya…
iya sponsor keluarga. emangnya kalo sponsor company sampe 50 juta lis? dan harus deposit 100 juta? masa sih semahal itu.. maksud gua masa bedanya jauh begitu?
sponsor company sih gak pake deposit Man. waktu itu total kita abis ampir 10 grand 😦 mahal di lawyer fee nya sih, soalnya company laki gue gak bayarin. cuma ngeluarin sponsorship nya aja. kalo fee buat lodging gc nya ndiri (dari labor certification ampe I485) sih total2 berapa ya ? 3 – 4 grand kalo gak salah buat sekeluarga (bertiga). lawyernya emang nyekeeeekkkk !!!
oh karena bayar lawyer nya ya… mahal emang kalo pake lawyer. iya tapi harusnya gak perlu deposit ya…
Hai mas arman, sori ya aku jd reply disini.. soalnya aku liat dr percakapan kalian ngomongin ttg GC dan aku emang sangat berniat utk tinggal di US. Bcr nasionalisme, gw cuma keep applause buat arman buat bikin nasionalisme itu dr sudut pandang yg beda dan itu bikin gw terbuka.
Dr komen2 diatas, cara pandang nasionalismenya mirip ya kyk cara pandang antropolog (secara gw mahasiswa antrop dan belajar pola pemikiran kyk gini) kalo nasionalisme itu ga bs selalu make pandangan secara general. Karna kita tggal di era dunia modern, culture itu sifatnya dinamis. Kalo ud mendarah daging ya dibawa kemana aja, toh tetep selalu ada culture di diri kita which i mean as indonesian.
Balik lagi td soal US. Aku skrg masih mahasiswa dan setelah lulus pgn bgt tggal di Amerika tp aku bnr2 ga punya kenalan imigran Indo atau keluarga sama sekali. Poor me. Tp aku masi berjuang buat ngeraih mimpi aku utk kerja di entertainment industry dsn. Kak lisa dan kak arman apakah punya kenalan imigran indo yg butuh tenaga kerja indo? At least, as waiter, aku ga jd masalah. Soalnya aku di amrik pengen bs survive dan kenalan sama publik aja udh say thanks to god kalau ada chance kesana. Mungkin kiat2nya tggal dsn secara aku bnr2 ga pernah keluar negeri dan kemungkinan bs tggal dsn. Ini email aku ya mas arman dan kak lisa : efenditobing89@gmail.com
coba2 cari lowongan job online aja… good luck ya!
wuiiihhhhhh…panjang banget tulisannya tp sumpe mearik loh, gw baca semuanya n gw setuju2 aja, seharusnya orang ga boleh berpikiran org pidah ke LN itu ga nasionalis, contohnya para TKI, mereka cari duit di LN kan uangnya buat Indo, bahkan sodara gw ada yg jadi sopir dan menetap di US uangnya tetap ngalir ke indo, kan nguntungin Indo juga. oia contoh kongkrit yg lg hits disini, sri mulyani yg lbh milih kerja di world bank drpd jd menteri keuangan, jangan dibilang dia ga nasionalislah, liat aja nama Indo kan jd didenger di LN dan gw yakin uangnya yg katanya gajinya sebulan milyaran pasti larinya ke Indo juga, kan keluarganya masih disini
btw gw salud ama nasionalisme elo yg tinggi, ngalahin gw deh..sepatu gw aja bukan merek Indo..i give u 2 thombs up
haha iya panjang banget kan makanya gua kasih warning duluan… 😀
nah iya ibu sri mulyani itu contoh yang bagus banget. dengan pindah ke luar negeri justru semakin menjunjung nama indonesia di mata dunia kan… 🙂
btw sepatu gua bukan merk indo. merk nya reebok. tapi buatan indo dan beli di indo. ternyata sepatu2 reebok di indo ama disini beda model lho. beda sama sekali. jadi 2 sepatu reebok gua itu selalu menuai pujian dari orang2 kantor yang ngeliat. bahkan orang yang gak kenal pun. 😀 dan gua pasti bilang lho itu beli di indonesia!
btw gw banyak sodara di sgp, soalnya pho2 gw dari nyokap org sono..jd kakak adik dia semua disana..dulu pas gw abis lulus kita ke sana bareng dalam rangka ketemu sodara mereka sama ketemu oom gw yg gw blg di amrik itu loh…reuni lah…kebayang dong gak pernah ketemu adik beradik 40th bahkan ada yg udah lupa..
trus gw diceritain juga tuh soal yang orang jompo dan orang tua kerja…yah gw blg kok kasian yah udah tua nyapu2 atau lap2 meja di coffe tiam gitu, trus yah katanya emg mereka mau dari pd bengong, trus yah biar ada kegiatan juga heheh…tapi kalau kita makan disana kan kita kudu buang sisa2 bungkus ke tong sampah, jd mereka tinggal ngelap2 kok, kalau disini kan semua berserakan nanti di ambil orang2 bersih2..
nah beberapa dari mrk ada yg punya prt kalau kaya, kl yg sederhana gak ada prt, kalau kita ketemu pembantu eh ternyata org indo kayanya seneng bgt hahaha trus yah di tanya dr mana, katanya dr kalimantan…tuh bagus kan ada TKI gaji gede..bener gak..
sodara gw juga ada yg di hkg, nah banyak TKW kan kesana…mama gw dulu pernah loh iseng bgt dia ngelesein bhs canton ke TKW2 yg mau di berangkatkan ke hkg itu loh…nah trus dr mereka yg sukses ada yg tulis surat ke mama gw pake bhs inggris ucapin terima kasih..krn telah diajarkan bhs canton shg dia bisa kerja dgn baik ..dan gw pernah tanya itu yah kaya 5 th lalu gaji prt indo tuh disana kl di kurs 3 jt loh..tuh lumayan kan…udah dpt pengalaman kerja di negara org, gaji gede trus bisa bhs nya pula…apa gak keren tuh, trus bisa kirim uang buat org tua atau anaknya di kampung..bisa naik cathay pacific..gw pernah gitu udah 2x plg dr hkg naik itu selalu sepesawat sama tkw wakakak…trus gaya2nya keren2…gw aja kalah gaya…tpt nongkrong TKI adalah tsim tsa tsui yg ada sungai gede itu…kl pembantu filipina katanya nongkrong gaulnya di cause way bay…jd jgn heran tiba2 jalan2 di sana tiba2 denger bhs jawa wakakaka..
gw yakin dan seyakin2nya kemana pun org indo pergi atau tinggal dimana pasti tetep cinta makanan indo kaya indomie dan kecap bango…wakakaka atau teh botol sosro…iklan bgt yah gw hehe..
adek gw nih sekolah S2 skrg di beijing tapi nih kl ada sby berkunjung kesana atau ada urusan indo apa pasti disuruh jadi duta indo, kaya acara 17 agustus juga upacara, adik gw main angklung atau biola…macem2 deh..trus ketika ada pemain bulu tangkis tanding disana, dia aja ada foto brg mereka..yah indonsia emg beken sama pemain badminton dan bali doang sih hehehe
ada yg lucu pengalaman gw ke beijing th 2003 kalo gak salah, gw kesana tuh 3 bulan main ada sodara juga wakaka..kl bayar hotel mah kondor gw..nah dr sana gw ambil tur2 lokal jadi puas deh tuh jalan2 keliling China..trus ada di salah 1 kota kayanya Suchou gw abis ntn sam kok kan ada kuda2 gitu jd berasa bau rambutnya, trus gw nyalon..nah di tanya sama tukang salon dari mana…dr indonesia (semua percakapan pk bhs mandarin)
trus yah pd gak tau loh indonesia dimana…pdhl yah china kan kaga sejauh amrik dan eropa..masih sama2 asia..trus mereka blg gini australia yah…bukan…gw blg…singapore yah bukan…samoe gemes sendiri..gw blg itu diantara australia sama singapore ada indonesia (udah keki) wakaka
eh tukang salon lain ada yg nyeletuk dia blg itu loh yg ada pulau bali bener gak, gw blg eh iya bener ada bali..trus ada lg yg nyeletuk itu loh yg suka demo, itu loh yg suka kerusuhan..soalnya suka masuk cctv huahaha..trus ujung2nya nyeletuk itu bukan yg presidennya cewe gemuk rambut begini (diperagain) loe tau kan itu presiden sapa gak usah gw sebut namanya satu2nya presiden kita yg wanita…trus gw lgs jawab..yah itu dia huahahaha…
udah ah kok komen gw malah kaya jd posting sih hehe..
nah iya… dengan adanya orang2 indo yang tinggal di luar negeri juga banyak yang trus hire pembantu dari indo. ini mendatangkan devisa juga ya… 🙂
oh di china juga indo kurang terkenal ya. iya lho, gua juga heran. tadinya gua kirain indo itu cukup terkenal. ternyata gak juga ya. hahaha. dan gua juga pernah tuh nemu orang yang taunya singapore ama australi. tapi gak tau indo… padahal singapore kecil gitu ya tapi lebih terkenal. 😀
Mulai merambat nulis isu isu seputar sosial politik nih mas? 😀 Gue setuju sama semua poin yg Mas Arman utarakan di sini. Nasionalisme dan fanatisme itu ada bedanya. Patriotis dan bangga menjadi orang Indonesia itu baik tentunya, tetapi kalo sambil jelek-jelekin bangsa lain itu payah. Kelakuan macam inilah yang bikin bangsa kita mandek tetap menjadi negara dunia ketiga.
Kalau mau nulis buku mbok ya coba di research dulu semua fakta faktanya sebelum nulis opini. Kalau pindah ke LN, betul seperti kata mas Arman, membuka lapangan kerja. Orang2 yg kerja di LN mengirim penghasilannya ke Indonesia, membuka lapangan kerja lagi. Bangun rumah berkat jerih payah kerja di negri orang demi meningkatkan kualitas hidup sodara2 di Indonesia. Kerja di LN itu nggak gampang, banyak tantangannya.. bahasa lah, budaya lah. Walaupun seberat itu tetap dijalani. Apakah itu bukan karena nasionalis?
Gue jd bertanya2 nih, sang penulis apakah udah pernah tinggal di LN? Udah pernahkah kerja di LN? Udah pernah belum merasakan kalau tinggal di LN itu bukan cuma enaknya doang, susahnya jg banyak? Setiap orang yg pindah ke LN punya alasan masing2, and it’s unfair to judge them without even knowing where they’re coming from.
Thanks for speaking the mind for us fellow Indonesian expatriates, mas Arman. Some people need to be aware of this, to be informed of this.
hahaha gak kok gak merambah untuk menulis sosial politik. ini opini pribadi aja karena abis baca ebook itu. 😀
kayaknya sih si penulis pernah tinggal di LN tapi pas masih kecil kayaknya. soalnya dia tulis dia lahir di singapur. tapi gak tau sampe umur berapa tinggal disana nya.
iya, padahal bukunya bagus, semangatnya bagus, cuma yang gua sayangkan ya tentang tulisan yang gua kutip itu. seolah2 seperti jadi fanatisme terhadap indonesia gitu. yah itu emang cuma sebagian kecil dari bukunya. bukunya gak isinya cuma tentang ini kok. tapi cuma ini yang gua bahas karena menurut gua kurang tepat untuk dimasukin di ebook nya itu.
Yang 11 Maret itu Supersemar, pas Soekarno turun tahta kasih jabatan ke Soeharto. Serangan Umum ke Yogya emang 1 Maret
thanks buat info nya.
maap lah gua udah tua, udah pikun ama pelajaran sejarah. hahaha.
Man, ada 2 kejadian. Serangan Umum 1 Maret, dan Supersemar = Surat Perintah Sebelas Maret. Itu dua kejadian berbeda loh.
Anyway, gue thankful banget sama bonyok gue, yang dari dulu, kalau ada uang lebih, bukan dipake buat beli2 barang mewah, tetapi buat travelling. Kita jadi tau soal kebaikan negara lain, yang bisa kita praktekin di Indonesia. Dan kesempatan buat belajar dan bekerja di Amerika walaupun cuma 6 tahun, justru bikin gue makin sayang sama negara ini (walaupun masih tetep suka complain).
Yes, I do agree, kita JAUH jadi lebih nasionalis, gara-gara tinggal di luar negeri. So, please don’t be skeptical. Si Panji blom pernah tinggal di luar lama2 sih ya hehehe… Mungkin dia kudu ngerasain dulu tinggal di luar negeri.
iya ya.. gua udah gak inget dah ama tanggal2 gitu ny. hahaha. pikun dah gua… 😛
iya bener… jangan skeptis terhadap orang2 yang tinggal di luar negeri. itu intinya. karena orang tinggal di luar negeri itu malah mungkin emang lebih nasionalis kayak yang lu bilang.
Jadi Man, 10 tahun dari sekarang (setelah GC berakhir) mau pindah kewarga negaraan ato tetep jadi Indonesian? 😀
belum dipikirkan… hahaha.
tapi kayaknya sih bakal tetep jadi indonesian aja. gc kan bisa diperpanjang. hehehe. males juga jadi american, ada jury duty! hahahaha
ga sampe 3 hari man bacanya 😛 tp top deh. gue demen postingan loe yg ini 🙂 jujur aje, gue yg di indo aje kaga se-nasionalis elo kog hahahah cuek bebek aja tuh 😀
dan bener kata loe, biasa yg demo2 itu mah pada ga bener. ujung2nya merembet ke politik n sara. dan akhirnya malah jadi ribut, pake bentrok massa sgala. trus jatuh korban jiwa deh *sigh*. ga ada bagus2nya. malah tiap demo, jadi bikin trauma rakyat doank. gue salah satunya yg parno tiap denger ada demo jadi serem kejadian bln may 98 terulang lagi. amit2 deh *ketok2 meja* hih >_<;
btw, coba elo yg bikin e-book man. tulisan elo bagus kog 😀
hahahaha sampe 3 hari kalo lu bacanya sepertiga per hari mei… 😛 *maksa*
iya bener. demo itu gua rasa belakangan ini udah gak bener ya. udah banyak intrik2nya. udah gak murni lagi. jadi banyakan negatifnya malahan ya…
gua bikin e-book ya? masalahnya gak ada yang nyeponsorin mei… kalo si penulis itu kan banyak sponsornya… 😀
Rasanya aku malah merasa Indonesia banget setelah di luar negeri , walo hanya dalam bentuk ngikuti berita dan perkembangan yg terjadi di indonesia sbg tanda keperdulian , blum sampe ngasih beasiswa dll , padahal siapa sih yg gak pengen berbuat sosial kayak gitu tp duitnya dr mana , kita sendiri juga masih pas2an 🙂
Ngambil beberapa budaya bagus utk aku ajarkan ke anak2ku misalnya sopan santun ke orang yg lebih tua , keramah tamahan , merendah diri dan banyak deh , dan anak2 lebih sering menyebut diri mereka org Indonesia secara gak sadar walo mereka jelas2 bukan WNI … udah cukup blm ya bangga ama Indonesia ?
nah iya… siapa ya sus yang gak pengen bisa beramal dan berbuat sosial. semua pasti mau. tapi kan gak segampang itu. yah kita mulai dari yang kita bisa, yang kita mampu… kecil2 kalo dikumpulin kan jadi bukit juga… 😀
iya bener, kita tetep harus menanamkan ke anak kalo mereka itu indonesian (kalo buat lu ya mereka half indonesian ya hehe). jangan sampe lupa. 😀
kayak kemaren pas international day juga. andrew komplein lho kenapa dia harus bikin bendera merah putih, kenapa bukan bendera yang ada bintang2 dan garis2 (bendera amerika maksudnya). kita bilang kalo dia indonesian. jadi benderanya merah putih.
walaupun kita tinggal di amerika, tetep dong kacang gak lupa pada kulitnya ya… 🙂
jah.. padahal gue da sengaja sambil makan nih baca blog nya gara2 di awal2 dibilang bacaan buat 3 hari wakakaka, tp ternyata nasi sepiring belom abis, bacaannya da abis duluan :p
emang sih rata2 orang2 yg pindah ke luar, duitnya yg mereka hasilin disana malah dikirim ke indo buat modal usaha lah, bangun rumah, dll.
btw.. 11 maret yg bener keknya om, Supersemar nama nya Surat Perintah Sebelas Maret.
huahahahaha… coba lu download ebooknya sekalian. panjang tuh… bisa buat bacaan sambil makan 3 piring pi. hahah. 😛
udah diralat ama leony dan hin tuh pi. ternyata serangan umum emang 1 maret. yang 11 maret itu supersemar, bukan serangan umum. 😀
kadang kadang orang yang tereak tereak soal nasionalisme paling kenceng adalah orang yang iri dengan orang orang yang berhasil. mereka biasanya berpikiran sempit dengan berpikiran kalau yang namanya nasionalis itu harus mati menderita di indonesia
indonesia adalah negara yang jauhhhhhhhhhhhhhhh banget dari sempurna. ga heran kalo banyak orang yang uda pinda ke luar negri, ga mau balikm lagi ksini. ya ngapain juga balik kesini, uda ke tempat yg lebi enak gitu lho. Tapi kalau ditanya mereka orang mana, apalah mereka bilang mereka orang amrik ato orang oz ato orang SG? TIDAK. Mereka selalu bilang mereka orang indonesia. Apa itu bukan nasionalisme namanya?
Orang orang yang mengclaim dirinya nasionalis dan mencerca orang laen dengan mengatakan kalo sesama WNI tidak nasionalis adalah BODOH. Yang namanya nasionalis itu ya membela saudara se tanah air donk, kok malah menghina
kebetulan bbrp hari yang lalu gw ngobrol sama temen gw, dan dia mengatakan kalo ibu SM itu tidak nasionalis dengan menerima kerjaan di world bank dan meninggalkan indonesia. Bayangkan betapa tolol nya statement itu? Temen gw itu lupa siapa yang selama 7 tahun terakhir menjaga stabilitas ekonomi indonesia, bahkan indonesia selamat tanpa damage yg berati padahal amrik en eropa kena krisis keuangan.
dalam hati gw yg tersinis gw cuma bisa bilang “dasar orang orang tolol” kalo orang indonesia semua mikirnya kaya gini, kapan indonesia mau maju?
(dengan malu-malu) MERDEKA!
yah kalo si penulis ebook itu sih keliatannya bukan karena iri ya. tapi mungkin karena saking berapi2 nya sampe entah lupa atau kelepasan jadi nulis begitu. hehehe. kita positive thinking aja dah… 😀 well mungkin yang perlu disalahkan adalah editornya. hahaha. harusnya jangan sampe bukunya itu membuat salah persepsi (persepsi negatif) bagi yang baca ya… 🙂
nah kalo tentang ibu SM itu justru beliau dengan pindah ke world bank malah jadi mengharumkan nama indonesia ya. jelas itu nasionalis. bener gak?
sebelumnya, sori gak baca seluruhnya..
tapi aku mo komen kisah pertama ..
kebetulan aku belum lama ini nonton film ‘Crossing Over’. Film lama sih, nyewa DVD. Film ini dibintangi sama Harrison Ford.. bagus banget. bercerita ttg perjuangan beberapa orang untuk dapetin greencard.
ada orang Australia, Korea, Mexico, dari arab juga ada.
yang australia, seorang cowok dan cewek. Yang cewek sampe mengorbankan segalanya.. termasuk kehormatannya kepada seorang hakim wilayah yang bisa memberikan rekomendasi agar permohonan greencard di setujui.
tapi akhirnya dia gagal dan dideportasi. yg cowok berhasil.
trus yang korea,
malam sebelum pengambilan sumpah, dia malah terlibat kasus perampokan yang menewaskan beberapa orang. tapi untungnya ada seorang polisi (keturunan arab) yang lagi off duty. dia sengaja melepaskan si bocah korea itu.. dan keesokan harinya.. si bocah korea itu bisa diambil sumpahnya.
trus yang arab,
seorang gadis kecil yang bikin essay di sekolahnya. bilang kalo dia memahami kenapa peristiwa 911 terjadi. menurut dia, melalui peristiwa itu, byk orang yang kemudian ‘mendengar’ jeritan orang2 di palestina, di irak, dan negara2 muslim lainnya.
essay itu dianggap ‘berbahaya’. akhirnya si gadis kecil itu dideportasi, terpisah dari keluarganya.
yang mexico,
berusaha melintasi berbatasan, namun nasibnya gak baik. berakhir dengan perampokan yg ujungya menewaskan dia.
betapa green card itu sebegitu pentingnya buat mereka..
karena aku gak pernah ke amerika, jadi gak gitu ngerti. apa keistimewaan nya.
tapi paling tidak aku ngerti, greencard ternyata penting dan berharga.
sori panjang…
greencard itu membuat imigran menjadi legal untuk hidup di amerika. jadi bisa kerja dan punya hak2 yang hampir sama dengan warga negara (kecuali gak boleh voting pemilihan presiden).
karena orang melihat amerika itu negara maju, land of hope and dreams, jadi banyak yang pengen mengadu nasib di amerika. pengen bisa hidup lebih baik. jadilah banyak yang pengen dapet greencard. soalnya kalo tinggal di amerika tapi statusnya imigran gelap, kalo ketauan ya bisa dideportasi.
Iya gw setuju tuh Man… Kadang2 orang keplintir antara nasionalisme en fanatisme. Terus udah keplintir masih pulak ngotot en membabi buta… Wkkwkw…
Eh ngomong2 bule2 gw kalo kirim container ke negaranya sering ngirim indomie, sambel abc ama kecap manis berbotol2 loh :p ngomong2 lagi, gw bacanya gak perlu 3 hari kok 😀
iya bener. nasionalisme itu bagus, tapi jangan jadi fanatisme… 🙂
wah itu kirim indomie, sambel dan kecap manis untuk pangsa pasar bule2 atau orang indo yang disana yen? kalo bule2 pada suka ya bagus juga ya… 😀
tapi yang pasti bule2 gak ada yang beli materai kan.. hahaha.
bacanya perlu 3 hari kalo lu bacanya sepertiga postingan per hari… hahaha. 😛
gua udah kelar bacanya hehe.. mana kata lu buat bahan bacaan 3 hari orang gua baca sebelum pulang kantor 15 menit aja udah kelar 😛
gua setuju ama lu man, emang nasionalisme itu bagus, tapi harusnya nasionalisme tidak dibarengi dengan menjelek2an negara laen ya..
gpp kita tinggal di luar negri tapi asal kita tetep cinta indonesia! 😀
lagian kadang semangat siapa yang gak pudar kalo ngeliat masalah disini beruntun2.. menkeu baek2 didemo dikata2in sampe keluar negri juga akhirnya hehe..
padahal gua yakin 99.99% orang yang koar2 demo itu kagak ngarti apa2 tentang keuangan juga.. yah itulah indonesia.. dicintai sekaligus dibenci hehe.. banyak yang tong kosong nyaring bunyinya disini 😛
hahaha maksudnya kan gua kasih juga link buat download ebooknya. nah kalo ditambah baca ebook nya, dan bacanya pelan2… dipirit2… bisa jadi 3 hari vi… 😛 *maksa ya*
iya betul. makanya itu. kenapa kok segitunya sih orang indo demen banget demo. coba dah kalo emang bener mau berpendapat, cari jalan yang lain gitu ya… 😀
Maaf mas saya gak baca habis tetapi setidaknya saya sudah tahu arah tulisan ini 🙂
Nasionalisme memang tidak benar jika dikatakan hanya milik yang tinggal dalam negeri saja. Jangan diartikan bahwa mereka yang tinggal di luar negeri gak cinta dan peduli ama bangsa. Mungkin mereka disana karena sebuah tuntutan. Yang penting adalah dimanapun kita berada kita tetap berpola pikir Wawasan Nusantara, baik di dalam maupun di luar negeri.
iya betul banget…. berpola pikir wawasan nusantara (hehe udah lama gak denger ini…)
tinggal dimanapun gak masalah ya…
aduh man gua langsung gatel2 pas bc kata ganteng..huahaha…
gua mo komen ah.. sebagai org indonesia yg tgl di singapura. CMIIW yah…ini sih sepengetahuan gw aja.
Soal panti jompo, tidak ada peraturan seperti itu klo ga kerja dimasukin panti jompo. Gua yakin seyakin yakinnya. masa sih sekejam itu. kalau org nya udah tua udah ga bs kerja gmn. atau klo emang dia ga ada yg ngurusin lbh baik milih tgl di panti jompo donk. di hidupin sama pemerintah. makan enak tidur enak. dan bnr apa yg elu blg panti jompo disini nyaman ko tmp nya. byk aktivitas. misalnya aja klo pas CNY pemerintah suka bagi2 angpao, atau diajak jalan2 walopun cuma ke johor mungkin.ada kok org tua yg malah kepengen tgl di panti jompo. krn mereka bs bersosialisasi sama tmn seumuran, bercanda gurau, ketimbang tgl di rumah bengong ditgl anak pergi kerja. emangnya knp sih tgl di panti jompo. gua gpp ko tgl di panti jompo nti klo gua uda tua. asal alasannya bkn krn anak gua gak mau gua lagi.
org2 tua disini knp pd kerja? karena mereka mau survive atau justru krn kepengen doank krn ga betah diem dirmh. justru itu yg patut dicontoh donk sama indonesia. org tua renta. jalan aja udah bungkuk masi ada semangat utk kerja. coba di indonesia. lihat deh pengemis2 yg pura2 sakit atau bela2in pinjem anak org utk dapetin uang. apa gak malu itu. Its hard enough to make a living here, tau sendiri disini apa2 mahal. org tua jg musti menyambung hidupnya.kan ga setiap kali pemerintah kasih bantuan. jadilah mereka kerja. and its a good thing. gua kok melihat org2 tua itu lebih ke arah salute rather than pathetic yah.
Soal demo2. selama gw tgl di spore emang ga pernah liat org demo. tapi ky nya ga di larang deh. emang ada negara yg melarang demo? gua rasa sih emang org spore bukan typical yg demo2 gitu deh. knp? karna rakyat disini kecil. klo rakyat ada komplen atau aspirasi apapun utk government ada medianya. salah satunya koran. disini ada koran gratis tiap hari. didalamnya ada bagian “your Voice” dimana kita bs nyampein pendapat kita ataupun komplenan kita thdp suatu hal. disitu biasanya dapet response dr pihak yg bersangkutan. jadi ngapain sih demo2 sgala wong gak demo aja suara kita di denger ko.
Contoh lain. disetiap suburb disini ada MP nya. istilahnya mungkin kaya pak camat kali klo di indo. nah si MP ini sewaktu2 visit rumah satu2 cuma utk nanyain gmn tgl disini ada masalah ga, ada problem ga yg mo disampaikan..gituuu…jadi ga ada demo2 org kelaparan, atau demo naik gaji, atau demo apalah yg ga penting..
ya klo soal demo sih gua rasa krn singapur negara kecil makanya org2nya gampang diatur..
sekian deh komen gua.. panjang amat yah..hahaha..
anyway good reading man. gua enjoy dan setuju sama point2 elo.
kalo gatel ya digaruk aja ngel… 😛
nah iya. jadi sebenernya masuk ke panti jompo itu malah merupakan fasilitas pemerintah. itu tandanya pemerintah sayang ama rakyatnya. bukan ‘dijebloskan’. bener gak? rasanya kalo kata ‘dijebloskan’ itu kan dipaksa dan konotasinya negatif.
kalo dibalikin ke UUD, yang katanya fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, mana buktinya. malah gak ada. tetep aja terlantar. ya gak? nah yang kayak begini kan harus justru meniru singapur. bukan malah mikir kalo yang di singapur itu salah.
tentang ortu kerja itu bener tuh. gua mau nulis sebenernya tapi kok lupa ya, gara2 udah kepanjangan tulisan gua. menurut gua orang2tua itu kerja karena emang mereka masih sehat. mereka masih mampu. dan daripada gak ngapa2in ya kerja aja. itu gua liat juga di amerika. banyak banget orang2 yang udah tua tapi masih kerja. bukan karena mereka dipaksa lho… tapi karena mereka mau. mereka masih aktifitas biasa. nyetir sendiri, olahraga, dan kerja. itu kan semangat yang bagus. yang perlu ditiru. bukan justru malah dianggep negatif. bener gak?
yah balik lagi itu karena persepsi negatif dan skeptis terhadap negara lain. karena udah fanatik sama indonesia. jadinya apa pun yang dilakukan di negara luar itu dipandang salah. dipandang gak bener. ini justru jadi bumeran buat indonesia. bikin gak maju2. karena gak mau menerima masukan yang membangun sebenernya. udah menutup diri.
iya gua pribadi juga merasa mungkin bukan dilarang lah tentang demo itu (tapi ya balik lagi gua kan gak tau pasti ya), tapi ya emang karena mereka gak merasa demo itu adalah jalan yang terbaik dan efektif. ada cara2 lain kan yang bisa ditempuh kayak yang lu bilang itu. demo itu justru wasting time lho. dan time is money kan.
Dari segitu panjangnya postingan lu, gw cuman mo komen singkat : setuju ama semua pendapat lu 🙂 .
Tentang PS orang Indonesia banyak yang pinter2 itu juga gw setuju banget. Banyak juara2 dalam bidang pendidikan itu orang Indonesia. Tapi masalahnya, hanya bekal dasarnya yang bikin mereka menang. Selanjutnya, untuk pengembangannya sama sekali masih kalah ama negara2 luar. Jadi alangkah baiknya kalo jenius2 dari Indonesia itu bisa belajar dari luar juga, toh hasilnya buat dinikmati bangsa Inndonesia juga. Nasionalis bukan berarti menutup diri dari pengaruh luar toh.
iya yen. bener yang lu bilang. bekal dasarnya, bibitnya emang udah ada. tapi pengembangannya yang masih kurang ya.
Itu yg nulis penyiar Hardrock inisial PP? (gue belon klik e-booknya,nih).
Gue setuju bgt kalo nasionalisme tidak ditentukan di mana org tersebut berada. Bnyk justru org2 Indo yg tinggal di luar, yg lebih menunjukkan ke-nasionalisme-annya. Bhkn bnyk org yg bukan Indo yg justru lebih nasionalisme dari org Indo sendiri.
Contohnya Ape (oom) gue sendiri. Dari muda dia tinggal di Hawaii. Cari makan di Hawaii, sekolahin anak semua di Hawaii. Istrinya ngajar angklung buat org2 gereja (smp alat angklungnya aja dia yg masukin lho). Skrg dah tua pensiun, kita bilang mah, krn dia dah mapan, dah settle secara ekonomi dan lingkungan teman2nya, pasti mrk akan stay di Hawaii.
Gak taunya, dia balik Indo lho. N skrg bangun rumah di Bali, stay di sana. Dgn modal yg dibawa dari hasil merantau di Hawaii, dia buka usaha furniture dan kerajinan. Buka lapangan usaha kan?
Dia bilang, dulu dia pergi ke Hawaii utk mendapatkan pendidikan dan lingkungan yg lbh baik utk anak2. Skrg anak2 dah beres, semua keinginan dia tercapai, saatnya kembali ke tanah airnya sendiri, berkarya di negeri sendiri. Biar udah 30 thn di negeri org, ternyata kerinduan utk menjalani kehidupan di tanah air tidak pernah pupus.
Gue yg seumur hidup tinggal di Indo, kadang cuek bebek.
haha iya bener penyiar hardrock inisial PP. 😀
wah mantep tuh oom lu. gua juga pengen tuh begitu. kalo udah pensiun, anak2 udah beres, balik indo dan retire disana. asik juga kayaknya ya retire di bali… 🙂
moga2 ntar gua bisa kayak oom lu juga dah… 😀
…dengan ngeliat gua, orang-orang jadi mikir ooo ternyata orang Indonesia itu ganteng-ganteng ya…
Man, gua ngakak sendirian di library. sampe kena tegur petugasnya. Dia bilang, biar kata gua ganteng, tapi jangan ngakak kenceng2 di library.. T_______T
Next time, di bagian warning-nya, ditambahin dong kalo ada bagian yang lucu dalam post ini. Biar gw gak kena tegur lagi =))
lebih baik ditegur tapi ganteng, dibanding ditegur tapi gak ganteng kan lim? 😛
2. Dengan pindah ke negara lain, akan lebih membuka wawasan dan punya kesempatan untuk belajar dari negara lain yang lebih maju.
gw suka sama bagian yang ini man… bokap gw selalu ngajarin kita anak2nya, untuk sering2lah main ke negara lain. bukan hanya sekedar untuk bersenang2, tapi juga belajar dari negara lain… belajar budaya mereka… kenapa mereka bisa begitu? bagaimana dengan indonesia? apa yang bisa kita perbuat untuk indonesia? mereka bisa, kenapa kita ga bisa? dsb.
salah satu contoh : ketika orang instansi terkait dateng ke Thailand dalam rangka memajukan pariwisata bangka… ke Chao Praya, sebuah sungai… ada yang tergelitik komen,”ini cuman sungai saja… kenapa di bangka ga bisa bikin ginian? sungai di bangka banyak…”
naaah.. tuh kan, diajak ke negara lain, buat belajar bagaimana pariwisata orang lain bisa maju.. kalo ga ke negara lain, ga tau kan ada apa yang bisa dipelajari…
nah iya.. makanya justru perlu lho ngeliat2 ke luar negeri. biar wawasan lebih terbuka dan bisa diterapkan di indo supaya bisa lebih maju ya….
Excellent reading!! Saya baca semuanya, termasuk komentar2nya lho…
Topik dan pembahasan serta komentar2 yg wajib dibaca oleh orang2 Indonesia (terutama yg tinggal di Indonesia) yg mengaku punya rasa nasionalisme yg tinggi dan menuding bahwa kita2 yg tinggal di LN ini tidak cinta tanah air.
I’m all with you, Arman. 100%.
Anyway, biar para pembaca gak tambah juling, komentar/opini saya selanjutnya pake dot point aja ya:
• Nasionalisme itu tidak berarti harus hidup dan mati di tanah air.
• Say “YES” to Nasionalisme but “NO” to Fanatisme.
• Kebanyakan yg mengaku2 punya rasa nasionalisme tinggi itu justru tidak punya kontribusi yg berarti utk tanah air.
• Kebanyakan yg mengaku2 punya rasa nasionalisme tinggi itu adalah para narrow minded yg tidak punya pengalaman hidup di luar dan tidak punya wawasan luas. Jadi asal ngomong saja.
• Kebanyakan yg mengaku2 punya rasa nasionalisme tinggi itu justru yang menjadi penghambat kemajuan di tanah air.
• Pada umumnya, orang2 yg benar2 punya rasa nasionalisme tinggi justru tidak boasting around ttg itu. Tapi mereka membuktikannya dengan tindakan nyata dengan menjadi duta2 bangsa yg baik dengan cara membantu keluarga dan orang2 yg mereka kenal di Indonesia, memperkenalkan budaya bangsa, meluruskan/memperbaiki citra bangsa Indonesia, bekerja keras dan berprestasi di bidang mereka masing2, SM dalah contoh yg baik.
• Ironisnya, di Indonesia, kalau ada feedback/kritik2 yg membangun dari kita2 yg tinggal di LN, langsung deh kita dicap “lupa diri”, “tidak ada rasa nasionalisme”, “tidak cinta tanah air”, dll. Disini (Australia), orang justru berusaha keras minta feedback biar ke depannya bisa lebih baik lagi. Padahal udah segitu majunya negara Australia ini.
• Salah satu faktor yg menghalangi kemajuan dan menyebabkan tumbuhnya fanatisme dan banyaknya kerusuhan2 dan kurangnya kesadaran lingkungan dan kesadaran terhadap norma hidup (terutama Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) adalah karena mayoritas penduduk Indonesia masih dibawah garis kemiskinan. Jadi mudah sekali terbuai dengan uang. Wise men say: Lack of money is the root of all evil …
• Hampir semua berita tentang Indonesia disini adalah bad news (gempa, terorisme, korupsi, demo, dll). Setiap ada berita heboh ttg Indonesia di media2, gerah sekali rasanya mendengar komentar2 yg merendahkan Indonesia. Tapi spt yg lain, saya akan tetap berusaha meluruskan dan menjaga citra bangsa Indonesia di sini semampu saya.
• Tidaklah kita berhak utk menghakimi dan mempertanyakan rasa nasionalisme seseorang hanya karena orang tsb memilih tinggal di LN atau kalaupun pada orang tsb akhirnya memilih utk menjadi WNA. Karena semua orang punya alasan hidup masing2.
Saya sudah tinggal di Australia selama 15 tahun. Terus terang, tiga tahun yg lalu, saya akhirnya memutuskan utk ganti kewarganegaraan saya karena berbagai alasan, al.:
• Masa depan dan hidup saya adalah disini karena suami dan anak2 saya WN Australia.
• Saya sekeluarga suka travelling. Paspor Indonesia selalu ribet urusannya. Ke negara manapun selalu dipersulit. Bahkan pernah saya disuruh tunggu sampe lebih dari 1 jam di imigrasi Singapura. Padahal sudah saya antisipasi dan sudah bela2in antri paling depan. Sampe semua penumpang yg lain lenyap, saya masih duduk menunggu. Terhina sekali rasanya. Selalu begitu setiap kami jalan ke negara lain.
• Perpanjangan paspor baik di Indo maupun di LN juga sama urusannya. Bertele2. Pake sogok sana sini and mesti bermanis2 muka. Sangat memuakkan.
• 10 tahun saya menanti adanya kebijaksanaan dual citizenship (INA – AUS). Dengan harapan bisa masuk WN Australia tapi tidak melepaskan kewarganegaraan Indonesia saya. Ternyata penantian dan harapan itu tak berujung. Akhirnya saya putuskan untuk masuk WN Australia. Tapi Indonesia tetap lekat di hati.
Kayaknya itu dulu deh opini dari saya. Kalo ada yg tambah jereng matanya, salahin Arman ya… Dia yg mulai lho! 🙂
huahahaha panjang ya… 😀
yah intinya gua setuju… 🙂
kalo gua sendiri sih so far belum kepikiran pindah warga negara sih.walaupun emang ribet ya. let’s see dah… 😀